Selama melakukan perjalanan umrah dan haji bersama suami, pengalaman suami sakit saat umrah akhir ramadhan menjadi pengalaman yang takkan dilupakan. Suami akhirnya jatuh sakit. Badannya panas tinggi, batuk berdahak, sulit menelan makanan dan tubuhnya lemas. Tanda-tanda suami sakit sebetulnya telah terasa saat malam akhir menjalankan shalat tarawih dan kemudian dilanjutkan shalat Idul Fitri di Masjidil Haram pada tanggal 10 April 2024.
Usai pulang shalat Idul Fitri dan makan siang, suami izin balik ke kamar duluan. Teryata suami panas tinggi. Karena kamar saya dan suami beda lantai (saya di lantai 18, suami di lantai 16), saya bolak balik dengan membawakan makanan yang mudah ditelan. Pada momen itupula saya pertama kali memasak bubur.
Obat-obatan yang dibawa sudah habis. Suami semakin lemas dan dia mengaku sudah susah makan. Duh, hati saya tak karuan. Saya ingat kata mama, selama sakit tapi mau makan, insyaAllah masih aman. Jadi ketika suami katakan dia susah makan, saya kalut.
Saya sampaikan ke suami untuk ke rumah sakit saja diantar Mas Nordin, kawan kami yang tinggal di Mekkah. Tapi suami menolak karena kuatir merepotkan. Saya kontak Mas Nordin dan sampaikan kondisi suami dan meminta agar diantar ke rumah sakit terdekat.
Mas Nordin pun datang dan langsung membawa suami untuk bisa menjalani pemeriksaan. Awalnya saya ditanya mau ke rumah sakit mana? Pengalamannya kalau rumah sakit di Mekkah, penanganannya agak lama. Kalau agak bagus, harus ke Jeddah tapi tentu saja memakan waktu agak lama perjalanan, sekitar 2-4 jam. Saya sampaikan ke Mas Nordin untuk bawa ke klinik kesehatan terdekat dan bagus agar suami segera mendapat pelayanan. Untuk permasalahan biaya, insyaAllah ada.
Pukul 10 pagi waktu Arab Saudi, mobil pun melaju ke Nahdi Care Clinics. Nahdi itu sebetulnya lebih terkenal dengan apotek yang menjual beragam obat-obatan dan tersedia di dekat Masjidil Mekkah dan Masjid Nabawi. Nahdi Care Clinic yang kami kunjungi masih baru.
Perawatan di Nahdi Care Clinic, Mekkah
Saat berkunjung di Nahdi Care Clinic, suasananya masih sepi. Ruangannya tertata rapi sesuai klasifikasinya. Ada yang khusus kosmetik, ada yang khusus obat-obatan dan juga ada yang vitamin. Tempatnya juga bersih. Saat datang, kami dilayani petugas yang juga merupakan seorang dokter. Dia menanyakan keluhan yang dialami suami dan kemudian memberikan rekomendasi obat-obatan. Untung ada mas Nordin yang bisa menerjemahkan bahasa Arab ke Indonesia pun begitu sebaliknya sehingga semua menjadi lebih mudah.
Usai memberikan obat-obatan, dokter tersebut menawarkan agar suami diberikan cairan infus dan juga di neubulizer untuk proses pengobatan menjadi lebih cepat. Saya mengiyakan karena suami harus segera sembuh agar dapat kembali ke Indonesia dalam waktu dekat.
Suami langsung dibawa ke sebuah ruangan khusus untuk diperiksa lagi terlebih dahulu oleh dokter dan kemudian disarankan untuk diinfus dan juga dineubulizer. Semuanya berjalan dengan cepat. Proses penguapan dan infus mungkin sekitar satu setengah jam lebih. Suami tampak lemas dan saya minta suami benar-benar istirahat dan usahakan untuk tidur selama proses berjalan.
Hampir dua jam kemudian, semua proses selesai. Dokter pun meresepkan lima obat untuk suami konsumsi. Alhamdulillah suami tampak lebih sehat dan kuat. Badannya tidak sepucat sebelum mendapat penanganan dokter. Saya senang sekali melihat kondisi suami yang sudah lebih sehat dan segar. Biaya penanganan dan obat seingat saya kalau dirupiahkan tidak sampai Rp 3 juta. Bahkan suami juga langsung minta untuk shalat Jumat karena merasa badannya lebih fit. Akhirnya kami pun bersegera menuju masjid terdekat untuk menunaikan shalat Jumat.
Setelah shalat Jumat, kami menuju restoran untuk makan siang. Sebetulnya suami menolak karena merasa langsung pulang saja. Tapi saya kuatir kalau tidak dipaksa makan, suami akan semakin susah makan dan akhirnya tak mau makan. Makannya kami pun segera menuju ke restoran terdekat yang juga cepat menyajikan makanan.
Beberapa hari sebelum kepulangan ke Indonesia, suami benar-benar stay di hotel karena badannya belum 100 persen sehat. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang saya masak dan saya olah selama di sana. Syukurlah bahan makanan masih ada sehingga semuanya menjadi lebih mudah. Tibalah waktu kami kembali ke Indonesia disaat kondisi suami sudah benar-benar sehat. Alhamdulillah
Posting Komentar