Pengalaman Isolasi Mandiri di Rumah Karena Positif Covid

Blog ini berisi tentang kisah perjalanan, catatan kuliner, kecantikan hingga gaya hidup. Semua ditulis dari sudut pandang penulis pribadi

Pengalaman Isolasi Mandiri di Rumah Karena Positif Covid


Satu hal yang sejak awal pandemi kami kuatirkan pun tiba. Virus corona yang sudah semakin mewabah akhirnya mampir ke rumah kami. Semua berawal pada ahad 27 Juni 2021 suami mengeluh sakit di malam hari. Badannya mendadak agak hangat. Saya lupa cek suhu berapa saat itu. Kalau tidak salah diangka 37,2. Tapi satu sisi ia juga mengigil. Saya berikan air minum yang banyak, balurkan minyak kayu putih di seluruh tubuh. Suami tidur.

Keesokan harinya, Senin 28 Juni 2021, badannya lemas. Suami mengaku seluruh badannya terasa sakit. Saya cek suhu tubuhnya di pagi hari menunjukkan angka 37,7 dan saturasi oksigennya di angka 98. Suami masih lemas.


Malam hari, suhu tubuhnya teryata di angka 38,3 derajat celsius. Saya berusaha tenang walaupun agak kuatir. Walaupun suhu sepanas itu, suami masih terasa mengigil. Saya berikan obat penurun panas, konsumsi air hangat yang banyak dan perhatikan asupan makanannya. Saya cek saturasi oksigennya di angka 97.

Selasa 29 Juni, kondisinya belum membaik. Asupan makannya masih bagus. Saya berikan makanan yang berkuah, panas sesuai kesukaannya. Alhamdulillah nafsu makan suami selalu bagus. Semangat makannya juga bagus. Alhamdulillah. Sebelum tidur, saya oleskan minyak kayu putih di seluruh tubuhnya. Mulai dari leher, punggung, dada, perut hingga ujung kaki. “Aku kayak dimandiin minyak kayu putih, Ummi,” kata suami. Saya hanya ketawa saja. “Bapak sebaiknya swab. Minimal swab antigen,” kata saya ke suami.

Rabu 30 Juni pukul 09.00 WIB suami ke klinik di kawasan Pasar Rebo untuk melakukan swab antigen. Karena antrian sangat panjang, suami harus menunggu lebih dari tiga jam sebelum diambil tindakan swab. Tempat Swab yang lainnya penuh.

Pukul 13.30 WIB suami pulang dan mengatakan hasil swab antigen akan di hubungi via whatsapp. Suami tak ke klinik karena katanya antrian di dokter klinik sangat banyak. Obat yang saya berikan ke suami masih sesuai dengan gejalanya. Ketika panas, saya berikan obat penurun panas, obat batuk, dan obat flu. Saya juga berikan vitamin e, c dan d serta saya tambahkan habbatussauda.

Sejam, dua jam, tiga jam berlalu. Saya kontak pihak klinik tapi nada teleponnya selalu sibuk. Pukul 16.00 WIB hasil swab suami disampaikan via whatsapp dan hasilnya sudah diduga, suami POSITIF COVID.

Suami istirahat di kamar saat hasil swab keluar. Saat saya sampaikan ke suami, eh malah kayak agak benggong. “Aku kira flu aja,” kata suami. Ini karena indera penciuman dan perasa normal. Hanya agak batuk, hidung tersumbat dan demam.

“Kita harus swab PCR sekeluarga, Bap,” kata saya ke suami.

“Dimana ya, Ummi?,” katanya.

Saya mengikuti saran anak saya, Mba Farah yang menganjurkan untuk mencari info lokasi swab melalui Halodoc. Kebanyakan baru bisa swab malam hari atau keesokan harinya. Sungguh saya tak ingin menunggu malam hari atau bahkan keesokan hari karena berharap ini agar segera diantisipatif. Sore itu juga, langsung kami swab pcr drive thrue di kawasan TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Kami bersyukur ta ada antrian. Prosesnya juga mudah dan dilakukan dari mobil karena konsepnya drive thru. Saya dan suami karena sudah pernah swab, jadi lebih tenang. Beda dengan Ayyas yang walaupun sudah awal saya sampaikan akan swab, dia tetap agak grogi. Apalagi saat diminta buka mulut saat swab. Beberapa kali agak kesulitan. Tapi syukurlah dia tak nangis. Kami juga bahas apa saja yang harus dilakukan selama di rumah. Termasuk memisahkan barang-barang kami. Suami tidur di kamar utama karena ada kamar mandi dalam dan sirkulasi udara sangat luas karena jendela kamar terbuka lebar.

Isolasi Mandiri di Rumah

Sambil menunggu hasil swab, kami memutuskan sekeluarga isolasi mandiri. Obat-obatan pun akhirnya kami beli secara online. Saya beli becomzet, cairan NACL serta obat batuk karena obat batuk di rumah habis. Makanan, buah-buahan serta sayur-sayuran pun saya beli online. Bersyukur masih punya rejeki buat beli online dan kemudahan transaksi online benar-benar sangat membantu sesama.

Suami juga tidur terpisah sejak sakit karena itu toh demi kebaikan bersama. Kamis 1 Juli 2021 adalah hari yang mendebarkan buat kami. Siang hari semakin mendebarkan. Apalagi sore hari hasil swab kami tak kunjung tiba. Sekitar pukul 6 sore, setelah suami bolak balik menghubungi klinik swab, hasil pun dikirim via email. Dan hasilnya : Suami positif, yang lainnya negatif.

Bagaimana cara mengatur kondisi rumah ? Pagi hari saya menyiapkan air panas dan air jahe buat suami. Saya siapkan juga air putih di tempat khusus. Pagi hari suami sarapan roti kemudian nasi atau bubur lengkap dengan lauk pauk.

Saya berikan juga obat sesuai gejala yang dialami. Kemudian kupas beberapa buah seperti pisang, apel, mangga serta jeruk. Bergantian saja setiap saat biar tak bosan. Jam makan siang, menu biasanya masih sama. Ditambah juga konsumsi obat-obatan. Setelah makan siang dan obat siang serta shalat, suami biasanya tidur siang.

Sore hari saya berikan cemilan berupa roti, biskuit atau bahkan buah-buahan. Menu makan siang adalah karbohidrat ditambah aneka lauk pauk. Sebelum saya tidur, saya biasanya berikan roti atau buah-buahan supaya pas lapar suami bisa langsung makan.

Selain itu, saat suami masuk batuk dan hidung tersumbat, saya kerap rebus air dan teteskan minyak kayu putih sebagai penguapan. Alhamdulillah katanya efektif sekali untuk meredakan batuk dan hidung tersumbat. Suami juga kumur-kumur menggunakan moutwash selain itu mencuci hidung menggunakan cairan NACL. Seringali juga suami pakai minyak kayu putih asli Ambon di seluruh tubuhnya.

Makannya dimana ? Suami makan di kamar sendiri. Jadi saya naruh makanan atau yang lainnya dengan cara mengetuk pintu kamar dan taruh makanan di meja pinggir pintu kamar. Kadang suami yang masukkan barang-barangnya ke kamar ketika saya taruh di depan kamarnya. Suami makan biasanya sambil videocall ama Ayyas biar nggak merasa sendiri. Kadang kami ngobrol dengan cara saya di halaman belakang rumah dan suami dari jendela kamar.

Alhamdulillah total setelah isolasi mandiri sejak 1 Juli hingga 14 Juli, alhamdulillah hasil swab suami dinyatakan negatif. Alhamdulillah. Tapi karena masih kadang agak batuk, kami masih tidur terpisah dan suami masih kerap pakai masker.

Oh ya mungkin teman-teman bertanya apa saya keluar selama suami isoman ? Tidak. Saya di rumah dan sama sekali tak keluar walaupun hasil swab saya negatif. Kami terbantu dengan bantuan makanan dari tetangga yang dikirim tiap pagi atau siang atau beli makanan via online.

Semoga hanya sekali dan terakhir. InsyaAllah sehat selalu.  

Posting Komentar