Sejak tahun 2011, ia memilih membesarkan kedua anaknya dan menjadi ibu rumah tangga, setelah 18 tahun sebagai wanita karir. Ia pernah bekerja selama 10 tahun di Radio Pesona FM, Jakarta. Dan kemudian bekerja di perusahaan penelitian sosial, politik dan marketing selama tujuh tahun. Di usianya yang kini menginjak 50 tahun, Bunda Icha masih tetap aktif. Terakhir ia diajak ke Belitung untuk menjadi saksi gerhana fenomena alam yakni Gerhana Matahari Total.
Bunda Icha telah menerbitkan satu buku berupa kumpulan puisi, yang diterbitkan sebagai penanda di usianya yang ke 50 tahun. Buku berjudul ‘Sketsa Sebuah Senyum’ diterbitkan akhir tahun 2015.
Membaca blognya di www.elisakoraag.com, Bunda Icha menceritakan kegundahan hatinya saat pertama kali memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Ia kaget saat mengetahui kala itu kedua anaknya, setiap pulang sekolah masih dibantu asisten RT untuk membuka sepatu dan ganti baju. Dalam blognya, Bunda Icha juga menceritakan kepedihan hati saat anaknya menolak belajar dengannya. Malam demi malam dilewatinya dengan menangis saat ia merasa menjadi outsider. Berkat perjuangannya, Bunda Icha pun berhasil mengambil hati anak. Bagi saya, Bunda Icha menunjukkan dirinya sebagai sosok yang kuat dan mandiri. Tentu ini tak lepas dari peran kedua orangtuanya dalam membesarkannya.
Mengenal Bunda Icha juga berarti mengenal kehidupannya sebagai anak yang terlahir di keluarga besar. Ia menceritakan kehidupannya yang lahir dan besar di Jakarta. Bunda Icha sejak kecil mendapat kesempatan yang sama. Setiap tahun ajaran baru, ia dan saudaranya akan mendapat jatah, seragam, sepatu dan alat tulis yang baru tanpa pengecualian. Dan ini berlangsung saat remaja hingga kini. Ia dan saudara-saudaranya selalu membeli tas, sepatu, dan baju aneka model agar bisa tukar pakai. Kini, jika ada undangan dan punya kebaya warna tertentu tapi nggak ada padanan kain, maka mereka akan saling menelpon untuk pinjam. Ya, betapa indahnya saling berbagi. Ingin tahu lebih banyak tentang Bunda Icha? Mampir ya ke blognya http://www.elisakoraag.com/ ...
Asyik ya jadi Blogger berprestasi bisa jalan jalan keliling ..salam kenal mba Rach
BalasHapusIyaa bener, banget mba. Rejeki tambahan. Alhamdulillaah
Hapuskunjungan di sore hari mbak hehehehehhehee
BalasHapusSiaapp, mas Dary :)
Hapusseru2 ya baca asal usul nama mak Elisa dan suadara2nya...
BalasHapusHiihii iyaa. Seru karena keluarga besar pula :)
HapusBunda Icha ini baij banget..ketemu 2x di event..dan friendly
BalasHapusAku malah belum pernah ketemu, mbaaa :)
HapusKliatan sih kalo friendly :)
saya belum nulis tentang bunda icha, saya suka ngikutin IGnya, isinya jalan2 terus hehe
BalasHapusAyuuk tulis, mba Ayuu
HapusIya kayaknya emang hobi jalan-jalan. Hiihii
Suka sama Mbak Icha. Meski gak kenal secara nyata, tapi beliau selalu tegas. Gak banyak basa-basi kayaknya, ya. Angkat jempol juga dengan kemampuan nulis dan sastranya. Kereeeeen...
BalasHapusBener, mba Niaaa
HapusTulisannya mengalir...
iya. Perlu banyak belajar sama mba elisa buat membesarkan anak remaja. Mumpung krucils masih bayi. :-)
BalasHapusEmang nggak mudah sih mba membesarkan anak remaja. Hihii
HapusHihi, tukar pakai dengan saudara, seru kayaknya :D
BalasHapusIya kalau seukuran ya mba :)
HapusWow perjuangan Bunda Icha sampai segitunya? hebat.
BalasHapusSekarang anak2nya pasti menempatkannya sangat istimewa di hati mereka ...
Perjuangan seorang Mama, mba Niar :)
Hapusmembaca tulisan mba alida dan bunda icha itu ada kesamaan..rapi dengan tanda bacanya...
BalasHapuskeliatan banget pham tentang tulisan jurnalis... senang banyk belajar dari tulisan kalian...
Alhamdulilllah. Makasih, mba Nova. Saya harus banyak belajar :)
HapusPengalaman perjalanan Bunda Icha banyak banget. Saya masih hitungan jari mengunjungi kota2 di Indonesia :D
BalasHapusSudah pengalaman, mba :)
HapusSaya pikir, menjadi ibu rumah tangga bukan sebuah keputusan, akan tetapi sebuah keharusan karena perempuan adalah multitasker sejati.
BalasHapusIya bener banget, mba Dewi. Keputusan yang di ambil berdasarkan kesadaran penuh :)
Hapusaku merasa kisah bunda Icha dengan anaknya sangat inspiratif dan dalam.. kuat sekali karena aku tahu pasti sedih dianggap outsider oleh sang anak... nice post kak, salam kenal! :)
BalasHapusBener, mba. Aku membayangkan aja sedih :(. Makasih sudah mampir, mba
Hapusbaca kisahnya sama saudara itu bikin jadi terharu deh, sampai sekarang tetap akrab itu jadi contoh yang baik bgt dan jarang ditemukan sekarang ini
BalasHapusIya mba Ria. Alhamdulillah ya. Smoga kita demikian :)
HapusAku membayangkan keluarga besar Bundcha itu asik banget deh, tetap kompak sampai tua.
BalasHapusAmin amiin. Ntar mba Ratna juga masih sampai tua tetap kompak ama keluarga jugaa yaa. Amiin. Hihii
HapusAda enaknya ya, kalau saudara banyak dan sepantaran hihihi
BalasHapusHihiii bener, mbaa :)
HapusKeluarga Mami Icha banyak ya, tapi akur. Unik sekali melihat keluarga besar mami Icha liburan bersama naik bus dan pake kaos yg seragam. Seruuu :)
BalasHapus