Perjalanan Melepas Rindu di Kota Ambon

Blog ini berisi tentang kisah perjalanan, catatan kuliner, kecantikan hingga gaya hidup. Semua ditulis dari sudut pandang penulis pribadi

Perjalanan Melepas Rindu di Kota Ambon


Ada satu doa yang dipanjatkan Ibu Mem, tante saya saat tahun lalu saya cerita kalau suami akan sering melakukan perjalanan dinas luar kota. “Semoga tahun depan mas berdinas di Ambon dan Chi ikut,” katanya melalui sambungan telepon. Ibu Mem adalah adik papa yang menetap di Ambon. Chi adalah nama panggilan keluarga untuk saya. Doa itu Ibu Mem panjatkan karena terakhir saya ke Ambon pada tahun 2019, saat Ibu Mem pertama kali kena stroke. Setelah itu saya belum pernah lagi ke Ambon. 


Alhamdulillah, doa itu Allah kabulkan. Tahun 2024 ini suami mendapatkan jadwal dinas luar kota ke Ambon. “Ikut yuk, Mi,” kata suami. Tapi pekan sebelumnya saya ditawarin ke Lombok dengan alasan buat bulan madu. Saya tahu dia sengaja menggoda dan membuatku bimbang. Tapi beberapa kali saya sampaikan saya maunya ke Ambon. Seperti niat saya sebelumnya. “Bapak hanya iseng aja karena bapak ya maunya Ummi ke Ambon, “ kata suami. 





Tanggal 29 Mei 2024 pukul 23.00 WIB kami keluar rumah menuju bandara Soekarno Hatta menggunakan taksi menuju Ambon. Pesawat berangkat 30 Mei 2024, pada dini hari. Setelah menempuh perjalanan 2,5 jam, kami pun mendarat di Bandara Internasional Patimura. 


Rindunya tak tertahankan. Ambon masih selalu ada di hati. Kami dijemput perwakilan kantor suami yang ada di Ambon. Rencananya kami ke rumah saudara dan kemudian ke hotel sebelum ke tempat acara. Tapi sebelumnya, kami sarapan nasi kuning di dekat kantor suami. Lokasinya di pinggir jalan. Menunya lumayan lengkap karena ada ikan, mie goreng, acar, potongan tempe, dan lainnya. 



Pagi hari, kami pun tiba di rumah Ibu Mem di kawasan Air Kuning, Ambon. Saya sempat keder karena ada perubahan yang cukup banyak untuk menuju rumahnya. Ada tambahan mall sebelum masuk ke kawasan Kebun Cengkeh dan Air Kuning. Belum lagi ada banyak sekali minimarket-minimarket yang lokasinya hampir berdempetan. 



Saat pertama kali jumpa, Ibu Mem menangis. Alhamdlillah akhirnya Allah ijinkan saya berjumpa lagi dengan perempuan yang mengasuh saya sejak saya kecil. Ibu Mem memang kondisinya berbeda dari biasanya sejak terkena stroke sehingga tak banyak yang bisa ia perbuat. 



Saya disuguhkan pisang asar, roti goreng dan risoles. Kue-kue enak kesukaan Papa. Saat saya videocall, Papa bilang “Bawa pulang ya, Chi”. Qadarullah, pisang asar dan risolessnya tak dijual saat kami pulang. Padahal sudah pesan lebih awal. Begitulah. 


Setelah ngobrol panjang lebar, sebelum adzan dzuhur, kami pamit untuk menuju ke hotel agar bisa beristirahat karena malam hari suami sudah ada acara. Kami menginap di Swiss Bell Hotel yang terletak di pusat kota Ambon. Sebelum pulang, Ibu Mem membawakan nasi kebuli ayam untuk saya bawa ke hotel. Alhamdulillah rejeki. 


Keesokan harinya, Jumat 31 Mei 2024 pagi harinya kami dijemput untuk menuju kantor cabang yang lokasinya tak begitu jauh dari hotel. Setelah melakukan koordinasi dan bersilaturahmi dengan rekan kantor di Ambon, kami pun memutuskan untuk berjalan-jalan berdua di pusat kota Ambon sambil menunggu waktu shalat Jumat di Masjid Al Fatah, masjid terbesar di kota Ambon. 


Jalan-Jalan di Kota Ambon


Berdua, kami jalan-jalan di Jl. A.Y Patty yang merupakan jantung kota Ambon. Kami sempat berhenti sejenak di toko yang khusus menjual besi putih dan mutiara. Kami membeli bros mutiara dan gelang mutiara untuk anak-anak. Kami juga sempat mampir untuk makan siang di Warung Nasi Supira dan berjumpa dengan teman saya. Saya akan menuliskannya terpisah ya. 


Selepas makan, kami pun menunaikan ibadah shalat. Suami shalat di Masjid Al Fatah sedangkan saya memutuskan shalat di Masjid Jami yang lokasinya bersebelahan. Teryata untuk shalat Jumat  khusus di masjid Al Fatah. 


Keesokan harinya, 1 Juni 2024 kami pun berencana untuk silaturahmi ke rumah Ibu Non, adiknya Papa yang berada di kawasan Morela, Maluku. Jaraknya sekitar 1,5 jam dari pusat kota Ambon. Kami berangkat bersama Ibu Mem dan dua sepupu saya serta anggota keluarga lainnya. 



Kami sempat berhenti di tengah perjalanan untuk makan siang. Menu makanannya khas Ambon, ada ikan bakar lengkap dengan colo-colo (sambal dengan irisan bawang). Kami tiba di rumah Ibu Non pukul 14.00 dan disuguhi pisang goeng lengkap dengan sambal. Ya memang hanya di Ambon yang makan pisang goreng dengan sambal. Sedapnya beneran sedap. Apalagi dimakan dalam keadaan pisang masih panas. 



Sore hari setelah ngobrol panjang lebar, kami pun pamit. Sebetulnya kalau main air, dekat rumah Ibu Non ada pantai, tapi kami nggak kesana karena lebih fokus ngobrol dan silaturahmi dengan saudara. 


Pulangnya, kami berburu roti kaya Sarinda yang menjadi rekomendasi oleh-oleh enak dan hanya ada di Ambon. Hanya saja, tak semua toko menjual roti kaya Sarinda. Ditambah lagi, pabriknya tutuphari itu. Akhirnya kami harus mencari lebih dari empat tempat yang menjual roti kaya Sarinda. Alhamdulillah nemu agak banyak oleh saudara saya saat berada di minimarket. Roti kaya ini hanya bisa dikonsumsi tiga hari setelah masa produksi. 


Malamnya, saya juga sempat membeli ikan ashar lengkap dengan lemon cina untuk bisa dinikmati bersama keluarga di Ambon. Saya membeli ikan ashar di tempat yang direkomendasi oleh Ibu Mem karena ikan ashar itu hanya dijual dalam keadaan masih baru. 



Waktu terasa berlalu begitu cepat saat di Ambon. Tak lama, waktu pun berganti. Kami pun harus bergegas meninggal kota Ambon. Saya masih ingat pelukan penuh kasih sayang dan air mata saya kepada Ibu Mem. Betapa masih ingin kumpul bareng dan ngumpul bersama seperti dulu. Tapi keadaan yang tak memungkinkan membuat semuanya harus berpisah. 


Sampai jumpa kota Ambon, 


InsyaAllah kita jumpa lagi 

Posting Komentar