Saat aksi 4 November yang terjadi di Jakarta, banyak sekali jurnalis yang meliput. Mereka melakukan peliputan untuk menyampaikan kondisi aksi secara live kepada masyarakat. Termasuk teman saya, Muhammad Guntur dari Kompas TV. Saya mengenalnya sebagai pribadi yang ramah dan sopan. Saat saya masih di koordinator liputan, dia adalah salah satu jurnalis andalan. Mas Guntur, saya memanggilnya demikian, selalu update peristiwa, koordinasi sangat bagus, sangat diandalkan untuk peliputan. Dan saat aksi 4 November, dia pun melakukan peliputan seperti biasanya.
Namun peliputan hari itu membuatnya menjadi korban kekerasan. Setelah kejadian, dia langsung melakukan visum di RSCM. Pagi hari setelah kejadian, saya bertemu dia di kantor. Saat bertemu dengan saya, saya bertanya kejadian yang dia alami. Dengan nada suaranya yang pelan (suaranya emang pelan dan orangnya ramah banget), dia menceritakan kepada saya. “Kepala saya dipukul dari belakang, mba,” katanya. Awalnya, dia meliput dari pagi di kawasan Gambir, depan Bareskrim. Kemudian dia digeser liputan ke Istana Wakil Presiden (Wapres). Di Jalan veteran ini dia menjadi korban pemukulan. Saat mau mengambil gambar untuk persiapan live, tiba-tiba ada botol mineral yang terlempar dan kemudian terjadi aksi dorong mendorong.
Tak lama kemudian, ada yang melihat Mas Guntur saat mengambil visual dan berteriak ke arahnya. Mas Guntur ditanya (dalam nada teriak) kenapa mengambil visual. Massa lain kemudian langsung terprovokasi dan menarik badan mas Guntur. Saat ditarik, ada dua orang berusaha mengamankan mas Guntur. Namun massa mengejar dia dan memukul dia dan menarik alat kabel live sehingga putus. Salah satu pengunjuk rasa meminta dia untuk menghapus gambar dan mengambil memory card dan ID card miliknya. Sang reporter, Mutiara saat melihat mas Guntur dikerubutin massa kemudian bertanya mengapa memory card di ambil. Silakan teman melihat wawancara detail di tayangan ini.
Kekerasan Terhadap Jurnalis
Dalam standar perlindungan profesi jurnalis disebukan bahwa wartawan dilindungi dari tindak kekerasan, pengambilan, penyitaan dan atau perampasan alat-alat kerja serta tidak boleh dihambat atau diintimidasi oleh pihak manapun. Dalam melakukan tugasnya, jurnalis dilindungi oleh UU Pers No 40 Tahun 1999. Dalam UU No 4 Tahun 1999 tentang Pers disebutkan bahwa (1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.(2). Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran. (3). Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Berdasarkan catatan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mei 2015-April 2016 terjadi 39 kasus kekerasan terhadap jurnalis dalam berbagai bentuk. Mulai dari pengusiran, penerusakan alat hingga kekerasan fisik.
Hingga kini, ada delapan jurnalis yang tewas akibat pemberitaan namun belum ada tindak lanjut. Delapan jurnalis yang tewas karena pemberitaan tersebut adalah Muhammad Fuad Syahfrudin alias Udin (jurnalis Harian bernas Yogyakarta tewas tahun 1996), Naimullah (jurnalis Harian Sinar Pagi, Kalimantan Barat tewas 25 Juli 1997), Agus Mulyawan (jurnalis Asia Press tewas di Timor-Timur, 25 September 1999), Muhammad Jamaludin (jurnalis TVRI di Aceh, tewas 17 Juni 2003), Ersa Siregara (jurnalis RCTI tewas 29 Desember 2003), Herliyanto (jurnalis tabloid Delta Pos, tewas 29 April 2006), Adriansyah Matra’is Wibisono (jurnalis TV lokal Merauke, tewas 29 Juli 2010), dan Alfred Mirulewan (jurnalis tabloid Pelangi, Maluku, ditemukan tewas 18 Desember 2010).
Kejadian yang dialami Mas Guntur menambah daftar panjang kekerasan terhadap jurnalis. Sampai kapan kekerasan terhadap jurnalis ini akan terjadi? Tugas jurnalis adalah memperoleh informasi dan menyebarluaskannya kepada masyarakat. Seharusnya, ada jaminan kebebasan berekspresi dan memperoleh informasi. Mengapa yang terjadi tak demikian? Mengapa kemudian menjadi fitnah yang kejam karena menuduhnya sebagai provokator?
Peristiwa ini bisa terjadi pada jurnalis lain dan dilakukan oleh pihak lain. Mengapa tidak memposisikan jurnalis sebagai pekerja pers yang dilindungi UU Pers?. Jurnalis yang bertugas melakukan peliputan untuk penyampaian informasi kepada masyarakat. Salam damai penuh hormat dari saya pribadi.
semoga mas guntur lekas pullih ya mbk,
Reply Deletedan sdh seharusnya prlindungn bagi jurnalis kudu lbh diperhatikan lg, smoga sgera terwujud amiiinnn
Aamin mba Inda. Terima kasih
Reply DeleteDuuh..sedih membacanya.. Semoga rekannya sgra pulih & masy luas teredukasi utk tdk mengulangi hal spt ini...
Reply DeleteIya mba. Biarkanlah jurnalis untuk meliput sesuai peraturannya
Reply DeleteDuhhhh sedih bacanyaa... Semoga Mas Guntur segera sembuhj..
Reply DeleteMasa jugaa kok anarkis sama reporter bukan huhuhu
Entahlah kenapa begitu, PAdahal temanku liputan biasa
Reply DeleteTemanku kontri TV One juga dibakar motornya sampai habis Mbak pas meliput di Pluit. Untung langsung diganti sama kantor.
Reply DeleteSedihnya ya mba Dewi.
Reply DeleteIkut gemeessh bacanya mbak Lid.. Seringkali tangan orang2 yg merasa terganggu kepentingannya bermain di dalamnya.
Reply DeleteSedih kalau ada fitnah yang kejam mba Wiwid
Reply DeleteSuka geregetan kalau liat org2 yg anarkis gitu, semoga cepet sembuh ya mas Gunturnya.
Reply DeleteAamin doanya, mba Amel
Reply DeleteAstaghfirullahaladzim. Saya malah baru tau lho Mba tentang hal ini, jujur pandangan saya terbuka setelah membaca tulisan ini. Sebelum-sebelumnya saya cenderung cuek karena yang saya tau memang jurnalis dilindungi UU dalam setiap liputannya jadi ya pasti aman. Dan memang hal-hal semacam ini sepertinya jarang dibahas di media, jadi orang awam macam saya ini kurang bisa mengerti perjuangan dibalik tayang atau terbitnya sebuah berita huhuhu :(
Reply DeleteSemoga Mas Guntur segera pulih dan dengan kejadian ini bisa membuka mata masyarakat lebih luas lagi sehingga perlindungan terhadap jurnalis tidak hanya tertulis di UU saja tapi bisa diamalkan secara nyata yaa Mba.
Btw, salam kenal Mba Alida :)
Walaupun terlindungi UU tapi masih saja ada yang menjadi korban seperti itu, mas
Reply Deletesemoga mas Guntur lekas pulih ya mbak.
Reply DeleteSaya jadi ingat waktu ikut acara tentang media ditempat saya pemateri menceritakan temannya yang tewas karena meliput tempat perang tapi kamera dan memory card aman jadi hasil liputan bisa ditayangkan mbak.
Duh innalillahi wainnailahi radjiun. Ini yang tewas jurnalis yang mana mba Isthi?
Reply DeletePersoalannya, masyarakat sampai sekarang masih belum memahami esensi dari profesi penulis, termasuk turunan profesi penulis yaitu jurnalis.
Reply DeleteMasyarakat belum paham fungsi jurnalis sebagai pekerja yang bertugas menyebarluaskan informasi.
Dengan kaitannya dalam demo 4 November, sebagian dari peserta demo sedikit parno terhadap profesi jurnalis.
Karena mereka punya prasangka bahwa jurnalis akan menyebarkan berita bohong tentang mereka.
Apalagi terhadap Kompas. Mungkin Alida sudah tahu bahwa Kompas sering difitnah oleh kelompok-kelompok tertentu sebagai media bayaran yang sering memberitakan secara berat sebelah. Banyak kawan saya sering mengomel bahwa Kompas telah "dibeli". Makanya ada larangan bagi Kompas dan Metro TV untuk meliput demo ini, dan larangan ini diumumkan oleh sebagian peserta demo.
Saya pernah dicela habis oleh teman saya yang kebetulan adalah seorang religius fanatik, karena dia memergoki tumpukan eksemplar Kompas langganan di rumah orang tua saya. Dia langsung nggak mau main ke rumah saya lagi :-D
Semoga Guntur segera pulih dari cederanya ya. Semoga penganiaya Guntur dipidanakan :-)
Karena tak jelas siapa yang menyebarkan meme dan menciptakan kebencian itu, mba
Reply DeleteBeberapa oknum memang sdh seharusnya gak perlu lagi jadi pemberitaan biar ga merasa dikasih panggung sama media. As a reporter too, aku sedih banget denger kabar Mas Guntur ini Mbak. Smg org2 yg melakukan kekerasan thd jurnalis gak kebal hukum dan bs dihukum seberat2nya *kesel
Reply DeleteMedia bertugas menyampaikan materi informasi kepada masyarakat, mba :)
Reply DeleteBaru tadi pagi saya baca post dari Muti (reporter rekanan mas Guntur saat kejadian), duh sedih banget deh mbak para pelaku bertindak seperti itu. Kabel diputus, id card dirampas, memory card juga. Semoga mas Guntur dikuatkan jiwa raganya dan lekas selesai dengan cara seadil-adilnya.
Reply DeleteAlhamdulillah mas Guntur baik2 saja mba :)
Reply DeleteAlhamdulillah, lega bacanya mbak :)
Reply DeleteAlhamdulillah mba :)
Reply DeleteKapan itu aq dapet penjelasan ini dari bro Yogie juga jadi gemes mba, koq malah bisa diputarbalikkan di sosmed bhw mas Guntur yg ngelempar botol. Duuuhh...
Reply DeleteFitnah memang kejam ya mba. Apalagi disebarkan melalui sosmed
Reply DeleteAda pihak yang mau cuci tangan atas ulah liciknya. Semoga mas guntur cepat sembuh, tetap berkarya dan jadi jurnalis teladan...
Reply DeletePelaku moga diberi kesadaran, nyerahkan,diri dan mengakui untuk kebenaran supaya Mas Guntur bisa tenang...
Pelaku yang tak bertanggungjawab ya teteh Okti
Reply DeleteKelihatannya ini efek pemberitaan yang dianggap tak berimbang dari grup Kompas & metroteve, yang sudah menjadi citra buruk di kalangan peserta aksi. Makanya pas ada jurnalisnya yang meliput, langsung diusir-usir. Kalau aku sendiri kurang bisa menilai karena jarang banget nonton tv berita2. Tapi memang g seharusnya ada perlindungan untuk para jurnalis selama meliput. Terlepas bagaimana nanti mereka memberitakannya.
Reply DeleteSebenarnya apabila ada yang menganggap pemberitaan tak seimbang silakan laporkan ke Dewan Pers, KPI ada juga hak Jawab, mba. Dan semua diatur di UU :)
Reply DeleteIkut trenyuh kalau masih ada yg menghalangi tugas wartawan mbak, moga yg berwwajib mengusut masalah ini sampai tuntas ya...
Reply DeleteSedih baca berita ini, semoga keadilan selalu dapat ditegakkan dan mas Guntur cepat sembuh aamiin..
Reply DeleteAamin. Alhamdulillah dia semangat mba :)
Reply DeleteNah jika sudah seperti ini susah deh untuk mendapatkan kelengkapan informasi..
Reply DeleteSemoga lekas sehat.
Alhamdulillah kondisinya sehat. Makasih :)
Reply Deletemiris mbk membaca tulisannya penuh luka, salam damai dari ku untuk kebebasan jurnalis, semoga pemerintah bisa menindaklanjuti kasus ini
Reply DeleteTerima kasih
Reply DeleteIni cerita aslinya ya Mba, duh pemberitaan di sosmed emang gak boleh asal di cerna tanpa filter.
Reply DeleteCepet sembuh buat mas guntur.
Iya asli mba.
Reply DeleteLekas sembuh buat Mas Guntur dan lekas diusut juga kasusnya. Karena kabar mas guntur dibilang sebagai provokator jelas beredar di media sosial yang banyak sekali orang share tanpa tau duduk perkaranya. Gemes sendiri mana yang share itu orang orang yang tidak ikut aksi tetapi malah tidak berada di Jakarta.
Reply DeleteSaya memahami bagaimana ketar ketirnya para jurnalis saat meliput kejadian tersebut. Bahkan teman-teman dari TV kami (RTV) sempat ditarik karena dikira jurnalis dari Metro TV. Entahlah memang benar harus ada perlindungan bagi para jurnalis supaya aman hehe. Nice share mba. Salam kenal
Halo mba NOva, terima kasih telah mampir. Iya sekarang sudah ada peryataan permintaan maaf mba dari yang menyebarkan informasi salah itu
Reply DeleteKemaren nonton hasil wawancaranya di Kompas TV. Semoga Mas Guntur lekas sembuh ya. Di balik semua kontroversi yg terjadi, saya salut atas perjuangan dan dedikasi para reporter yg udah berani pasang badan di garis depan, untuk memberikan info terbaru kepada kita-kita yg mengikuti dari rumah. Terima kasih, teman-teman jurnalis.
Reply DeleteIya bener banget mas. Terima kasih ya :)
Reply DeleteSemoga Guntur, dirimu, dan kawan-kawan Kompas TV baik-baik saja. Semoga mereka yang bertindak ngawur itu dalam kondisi baik-baik dan kewarasannya pulih kembali sehingga sadar telah bertindak bodoh.
Reply DeleteTerima kasih mas Abel.
Reply DeleteJaga diri baek-baek juga nak #Eh :p
Semoga ke depan akan lebih baik lagi
Reply DeleteIya mba Milda. Aamin :)
Reply Deletesemoga cepat pulih ya mba..
Reply DeleteIya. Makasih yaa
Reply Deletedan aku kesell sama yang gtau apa apa tapi asal share broadcast screen shot an itu
Reply DeleteItulah yang masih sering terjadi mba Innayah
Reply DeleteJurnalis memang resiko nya tinggi sekali ya mbak :(, jadi was-was sebagai istri jurnalis, semoga suamiku diberikan perlindungan dimanapun dia berada Amin
Reply DeleteIya mba Wuri. Aamiin doanya mba :)
Reply DeleteJadi jurnalis memang pastinya punya resiko yang besar ya mbak, apalagi saat meliput aksi-aksi semacam ini.. Salam hormat saya untuk semua teman-teman jurnalis, semoga selalu dilindingi oleh Allah SWT dan tetap bisa memberikan berita yang sebenar-benarnya yaa..
Reply DeleteAamin mba Adriana. Terima kasih mba :)
Reply DeleteOh ini kmrn yang di tuduh penyusup yaaaa
Reply DeleteBener banget kakakk
Reply Deleteturut prihatin pas baca beritanya. sayangnya kl sdh rame2 sumbu banyak orang sering pendek dan gampang bertindak yg keterlaluan :(
Reply DeleteSedih ya mba Ria :(
Reply DeleteKita banyak membahas isu ini di PBB.. Safety of journalists memang menjadi isu besar di banyak negara, terutama yg sedang dilanda konflik. Harusnya mereka dilindungi penuh..
Reply DeleteSetuju mba karena jurnalis menyampaikan kebenaran. Terima kasih mba
Reply Deleteemang kudunya kalo jurnalis itu bener-bener harus dilindungi dengan aturan yang baik.
Reply Deletekalo ada yang berani nyentuh jurnalis dikasi hukuman yang maksimal misalnya.
cuma, emang yang bikin sulit pada kondisi kaya demo kemarin, pastinya kan ada penyusup juga mbak. bisa jadi penyusup-penyusup ini terus nuduh orang lain penyusup dan jadilah kerusuhan. semoga jurnalis-jurnalis yang bertugas dilapangan dijauhkan dari orang-orang kaya gini
Smoga tak terulanglagi ya mas
Reply DeleteIni toh yg Beta posting di FB waktu itu e KK.. Tapi banyak yg salah sangka. Trus sampai ada yg bilang Beta kafir Krn membela karyawan metr* tv. Pdhl mksd Beta bukan itu. Sedih lai
Reply Deleteiyoo
Reply Delete