Jangan Biarkan Rubella Renggut Masa Depan Anak Indonesia.

Blog ini berisi tentang kisah perjalanan, catatan kuliner, kecantikan hingga gaya hidup. Semua ditulis dari sudut pandang penulis pribadi

Jangan Biarkan Rubella Renggut Masa Depan Anak Indonesia.


Tak pernah terbayangkan oleh Novi bahwa anak keduanya yang bernama Amara terinfeksi virus rubella. Sekarang, di usia Amara yang sudah hampir dua tahun tapi masih tampak seperti bayi yang berusia 9 bulan.

Amara belum bisa bicara namun memiliki kemajuan untuk bisa duduk setelah diterapi ke rumah sakit sejak usia masih 3 bulan. “Saya belum cek kondisi mata Amara,” kata Novi, sang ibu. Saat Amara berusia 4 bulan, kepala Amara belum tegak. Bahkan untuk tengkurep pun mengalami kesulitan. Selain itu,  virus telah menjangkiti otak sehingga ukuran otak Amara pun menjadi lebih kecil.

Awalnya, Novi mengaku tidak bisa menerima kenyataan bahwa anak keduanya ini harus terlahir ‘istimewa’.
 
Ilustrasi anak baru lahir. Sumber foto : pixavay.com
“Awalnya saya hancur. Sedih sekali pas tahu seperti ini,” kata perempuan yang bermukim di Bandung ini. Namun kesedihannya ini tak berlarut-larut. Seiiring berkembangnya waktu, ia pun menerima kondisi anaknya yang terlahir 21 Desember 2016 itu.

Kini, Amara masih harus menjalani rangkaian terapi sebanyak sebulan empat kali. Biaya terapi sebesar Rp 175 ribu ditanggung BPJS. Namun bagaimanapun ia harus menyiapkan dana lagi untuk meningkatkan pertumban Amara dari berbagai terapi-terapi yang harus dipenuhi untuk masa depan Amara. 

Novi menceritakan awalnya ia tidak tahu bahwa Amara terkena penyakit Rubella. Saat hamil, semuanya seperti kehamilan pertama. Saat akan melahirkan, dokter mengatakan bahwa janinnya kekurangan oksiden dan ketubannya sedikit. Amara pun lahir melalui operasi caesar.
 
Novi dan Amara. Koleksi foto pribadi 
Setelah Amara terlahir, dokter mengatakan bahwa pertumbuhan janin terhambat. Akhirnya Amara dirawat diinkubator selama 36 hari. “Sama sekali saya nggak tahu kalau Amara ini terkena rubella,” tambahnya lagi. Novi baru tahu bahwa Amara mengidap penyakit rubella setelah Amara berusia 4 bulan. Itu pun setelah beberapa kali gonta ganti dokter dan melalui serangkaian tes untuk memastikan kondisi Amara.

Hasil tes menyebutkan bahwa Amara terjangkit virus rubella. Dan penyakit itu muncul sejak Amara masih dalam kandungan. “Teryata saat saya hamil, saya terjangkit virus rubella,” katanya lagi. Ibu hamil yang terinfeksi virus rubella memberikan efek yang berbahaya bagi janin yang dikandung. Infeksi rubella yang terjadi selama awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan. “Semoga tak ada lagi yang mengalami seperti saya. Tak ada yang lain lagi,” katanya.

Apa yang dialami oleh Novi merupakan salah satu contoh betapa virus rubella yang menjangikiti ibu hamil memberikan dampak congenital rubella syndrome (CSR) kepada anak. Sehingga proses imunisasi kepada anak wajib diberikan.

Tentang Penyakit Campak Rubella

Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil pada trimester pertama.

Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan abortus atau
congenital rubella syndrome (CRS).

Penyakit rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7
hari setelah rash.

Pencegahan Difteri di lingkungan Kementerian Kesehatan Sumber : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran
kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital.

Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan CRS.

Bentuk kelainan pada CRS :
Kelainan jantung :
- Patent ductus arteriosus
- Defek septum atrial
- Defek septum ventrikel
- Stenosis katup pulmonal
Kelainan pada mata :
- Katarak kongenital
- Glaukoma kongenital
- Pigmentary Retinopati
Kelainan pendengaran
Kelainan pada sistim saraf pusat :
- Retardasi mental
- Mikrocephalia
- Meningoensefalitis
Kelainan lain :
- Purpura
- Splenomegali
- Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir
- Radioluscent bone

Pentingnya Imunisasi MR

Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian imunisasi campak dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada tahun 2014 kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan
perkiraan 314 anak per hari atau 13 kematian setiap jamnya.

 Di Indonesia, rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit
CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.

Pemerintah berkomitmen dalam mewujudkan eliminasi campak dan mengendalikan penyakit rubella serta kecacatan bawaan akibat rubella (Congenital Rubella Syndrome) di Indonesia pada tahun 2020.
Strategi ini dilakukan dengan pemberian imuniasi Measless Rubella (MR) untuk anak usia 9 bulan hingga kurang dari 15 tahun.
 
Presiden canangkan imunisasi campak dan rubella. Sumber : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Perlindungan imunisasi kepada anak ini merupakan upaya Indonesia untuk pencegahan anak agak terjangkit virus rubella.

Selain itu, United Nations Childrens Fund (UNICEF) berkomitmen penuh untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam kampanye imunisasi yang sangat penting ini. Wabah campak dan cacat bawaan saat lahir akibat rubella dapat dicegah.

Bu Menteri Kesehatan saat membahas Indonesia sehat, imunisasi. Sumber : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
Terkait penolakan imunisasi MR karena disangka haram, dijelaskan dalam MUI No. 4 Tahun 2016 bahwa imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.

Imunisasi bisa menjadi wajib ketika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa.

Dukung Pemberian Imuniasi untuk Pemenuhan Hak Anak

Saya pribadi mendukung pemberian imunisasi MR kepada anak. Memberikan imunisasi kepada anak merupakan bentuk pemberian hak kepada anak sesuai dengan Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Pada pasal 25 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia pasal 25 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan, serta pelayanan sosial yang dilakukan.

Apa hanya itu saja? Tidak!
Selain Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia, pada Pasal 28H ayat 1 UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Secara khusus dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan tegas mengungkapkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih jauh dalam Pasal 8 diungkapkan bahwa Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spritual, dan sosial.
 
Ayyas sebelum disuntik MR 
Saya memberikan imunisasi wajib kepada Ayyas, anak saya sejak dia lahir. Pada saat imunisasi MR serentak, anak saya pun saya daftarkan untuk menerima imunisasi. Saya masih ingat, saat imunisasi itu dilaksanakan, saya menemaninya di sekolah.

Kami datang pagi-pagi. Ada empat ruangan yang disiapkan selama proses imunisasi ini dilaksanakan. Satu ruangan untuk berkumpul sebelum imunisasi, satu ruangan menyambut anak-anak sebelum imunisasi, satu ruangan tempat dilakukan imunisasi. Lalu ada satu ruangan untuk anak-anak yang telah menjalani proses imunisasi.

Awalnya, anak-anak dikumpulkan di satu ruangan besar di sekolah. Ada film anak-anak yang diputar selama proses menunggu itu sehingga anak menjadi lebih rileks dan tenang sebelum imunisasi. Setelah itu, satu per satu anak dipanggil ke ruangan. Ada guru serta petugas medis yang menyambut.

Ayyas yang awalnya ragu tapi setelah itu menjadi lebih tenang. “Halo, namanya siapa? Tadi sudah makan apa,” kata petugas medis menyambut ramah. Setelah itu, Ayyas masuk ke ruangan guru untuk proses imunisasi.
 
Ayyas saat suntik MR di sekolah
Sebelum tindakan penyuntikan, Ayyas pun diajak ngobrol sehingga dia menjadi lebih tenang. Hanya dalam hitungan detik, proses penyuntikan pun selesai dan Ayyas kemudian berkumpul bersama teman-temannya setelah imunisasi.

Di ruangan itu, mereka menikmati berbagai makanan serta minuman yang disediakan orangtua dan sekolah. Kegiatan iminusasi di sekolah ini dilakukan di sekolah sebanyak tiga kali. Dengan pelaksanaan kegiatan imunisasi ini, proses pencegahan virus campak dan rubella bisa dilakukan sehingga ke depan, Indonesia menjadi bebas dari penyakit rubella.
 
Sumber foto : Twitter KemenkesRI
Jangan biarkan masa depan anak kita terenggut oleh penyakit rubella. Sudahkah anak anda vaksin MR? Jika belum, yuk segera imunisasi MR 

Sumber :  : http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/petunjuk_teknis_kampanye_dan_introduksi_mr.pdf?ua=1
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/topik/rilis-media/ 

11 件のコメント

Avatar
Herva Yulyanti 2018/09/28 11:46

Hal yang sampai detik ini menjadi pro dan kontra ya ummi ada yang provaksin dan antivaksin apalagi yang harus dikatakan jika nyatanya ada yang terkena penyakit karena ga vaksin :( sedih

semoga mba Novi dan Amara bisa dengan hepi menjalani kehidupan ini aamiin
informasi penting begini memang harus gencar diberitahukan kepada khalayak agar tidak ada lagi Amara-amara lainnya ya uummi

Reply Delete
Avatar
Utie adnu 2018/10/03 11:01

Memberikan vaksin yg lengkap pd anak adlh langkah yg tepat walaupun masih bnyk nih yg bilang vaksin trbuat dr yg haram.. ini buat bingung krn blum ada sumbr yg mnyatakan vaksin trbuat dr apa yg sebenarnya? Semoga aja sgr ada pencerahan

Reply Delete
Avatar
gita siwi 2018/10/03 15:37

Akibat pemberian vaksin yang hoax lebih banyak dari pada sebaliknya. Jadi ibu sebagai pondasi keluarga memang harus paham tentang pemberian imunisasi ini.

Reply Delete
Avatar
Nefertite Fatriyanti 2018/10/04 5:00

Sedih kalau melihat anak-anak yang terkena rubella ya, butuh energi dan pasti biaya yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
Semoga masyarakat makin saaar pentingnya vaksin untuk rubella

Reply Delete
Avatar
Elly Nurul 2018/10/04 9:00

Kita tidak akan pernah tahu kapan musibah terjadi pada diri kita dan keluarga, yang bisa kita lakukan hanya dengan berusaha ya mba.. dengan senantiasa menjaga kesehatan diri dan keluarga, membekali diri dengan pengetahuan tentang berbagai macam penyakit serta mencegah tali rantai penyebaran virus melalui imunisasi seperti MR untuk cegah penyakit rubella ya mba.. sehat selalu buat anak-anak kita

Reply Delete
Avatar
Shine 2018/10/04 16:59

Dampaknya emang mengerikan ya ummi, apalagi buat ibu hamil. Ada ga sih cara mendeteksi dini rubella ini ketika hamil? Kalau di USG itu biasanya bisa terdeteksi ga ya?

Reply Delete
Avatar
catatanemak 2018/10/04 19:12

Aku pun mendukung imunisasi krn imunisasi merupakan salah satu hak anak. Aku juga mewajibkan anak anakku utk mendptkan imunisasi. Lebih baik mencegah drpd mengobati

Reply Delete
Avatar
Uchy Sudhanto 2018/10/04 21:46

Aku pro vaksin.. karena selain ikhtiar untuk melindungi Alula, juga ikhtiar melindungi para ibu hamil dari penyakit menular yang bisa membahayakan janinnya. Semoga semakin banyak orang tua menyadari kni..

Reply Delete
Avatar
Atisatya Arifin 2018/10/04 23:16

MasyaAllah, ternyata banyak banget ya dampaknya terutama pada ibu hamil. Jadi ngeri sendiri karena ngebayanginnya. Alhamdulillah anak-anakku sudah vaksin MR di sekolahannya. Semoga dengan kita menyadari pentingnya memberikan imunisasi bisa mencegah penyebaran penyakit ini yaa. Selain itu, adalah hak anak untuk mendapatkan imunisasi.

Reply Delete
Avatar
Sri Widiyastuti 2018/10/05 4:41

Mengerikan ya dampak rubella pada janin dan anak anak. Semoga lewat program edukasi kepada masyarakat, jumlah bayi terinfeksi rubella dan menyebabkan kelainan pada janin dan anak akan semakin ditekan dan malah hilang dari indonesia. Aamiin ..

TFS umi Alida

Reply Delete
Avatar
Reyne Raea 2018/11/10 15:24

masalah imunisasi ini bener-bener menghabiskan energi ya, antara pro dan anti vaksin selalu saja saling serang.
Kalau saya lebih memilih mengikuti program pemerintah, :)

Reply Delete