Apa
yang membuat seseorang bahagia? Apakah harta banyak bisa membuat seseorang
bahagia? Sepertinya tidak selalu demikian. Saya pernah berkenalan dengan
seseorang yang bisa dikatakan memiliki hampir semuanya. Tiga mobil selalu
terparkir di rumahnya yang besar dan megah. Namun semuanya terasa hampa karena
ia selalu merasa sendiri karena kesibukan anak-anaknya yang telah dewasa dan
memiliki keluarga masing-masing.
Apakah
kebahagian memiliki pekerjaan juga menjadi patokan? Belum tentu juga. Ada teman
yang mengeluh pekerjaan yang kini digelutinya membuat ia kehabisan waktu me time. “Aku sampai nggak punya waktu buat diri saya,”
katanya. Apa yang ia lakukan semata-mata demi urusan pekerjaan dan bukan karena
keinginan pribadi. Belum lagi ia harus berjibaku dengan kemacetan perjalanan
menuju kantor yang menghabiskan waktu berjam-jam.
Dua
contoh di adalah kisah nyata yang menunjukkan bahwa kekayaan dan pekerjaan yang
dimiliki bukan jaminan seseorang bahagia. Tapi ada juga definisi kebahagiaan
yang sederhana. Misalnya saya yang merasa bahagia ketika naik commuterline
dalam keadaan nyaman serta tak penuh. Saya bersyukur karena mudah bahagia untuk
hal-hal sederhana. Alhamdulillah ...
Tapi
ya balik lagi berapa banyak yang merasa bahagia dengan kehidupannya?. Seringkali
ada perasaan kurang dan memiliki keinginan yang banyak. Pengen ini, pengen
pengen ini. Mau ini, mau itu. Tak pernah ada perasaan dalam kehidupan.
Nah,
di tulisan saya kali ini, saya akan menulis resensi buku berjudul ‘Lagom. Rahasia Hidup Bahagia Orang Swedia’
yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Renebook. Swedia termasuk
salah satu negara yang paling bahagia berdasarkan survey yang dilakukan oleh Badan PBB dan diumumkan
pada Hari Kebahagiaan Internasional yang jatuh pada tanggal 20 Maret 2017.
Dalam
buku berjudul ‘Lagom. Rahasia Hidup
Bahagia Orang Swedia’, Kebahagiaan ini di tinjau dari beberapa aspek yakni
kultur, makanan, kesejahteraan hingga keuangan. Pernah dengar kata Lagom? Kata ini memang masih terasa asing. Lagom (dibaca laaw-gam) artinya jumlah yang pas, tidak lebih atau tidak
kurang.
Beberapa
hal yang bisa dipelajari dari Lagom dibahas di buku ini yakni :
Keseimbangan
individual
Kesederhanaan
Kemandirian
dalam lingkup sosial
Menciptakan
keselarasan
Seni
bersabar
Menghargai
waktu
Dalam
buku ini misalnya menceritakan orang Swedia memiliki keseimbangan antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jika di Indonesia jatah cuti setahun 12 hari,
di Swedia cuti selama 5 minggu merupakan standar bagi karyawan. Bahkan cuti
berbayar untuk mengurus anak adalah 480 hari yakni sekitar satu tahun tiga
bulan per anak.
Ada
sedikitnya 18 hari libur nasional ditambah dengan hari kejepit di antara hari
libur nasional dan akhir pekan yang dapat dijadikan hari libur oleh sebagian
orang. Ada juga dapat meminta izin cuti berkompensasi yakni hak orang tua yang
dinamakan VAB untuk merawat anak yang sakit.
Segala
kemewahan ini disubsidi besar-besaran secara adil oleh sistem pajak yang
didukung oleh semua orang. Artinya, semua orang membayar bagian mereka
masing-masing secara adil sehingga siapapun bisa mendapatkan hak-hak dasar.
Tak
heran, menurut Indeks Hidup Lebih Baik dari OECD, 81% orang yang tinggal di
Swedia berada dalama kondisi sehat yang secara substansial lebih tinggi
daripada rata-rata OECD yang sebesar 69%.
Di
halaman 162, ditegaskan bahwa orang Swedia bekerja untuk hidup, bukan hidup
untuk bekerja. Fleksibilitas dalam bekerja menjadi kultur mereka. Misalnya,
orangtua dapat pulang kantor lebih awal untuk menjemput anaknya dari taman
kanak-kanak atau keluar sejenak untuk memenuhi janji pertemuan pribadi. Bahkan
setelah cuti melahirkan, mereka dapat mengurangi 50% hingga 75% jam kerja, jika
mereka menginginkannya. Siapa yang tak bahagia?
Lagom juga diterapkan saat menata rumah.
Perabot-perabotan yang digunakan bersifat praktis, simpel dan sangat mudah
digunakan. Konsep tentang pengaturan rumah ala Lagom ini di ulas di halaman 117. Pengaturan keuangan yang
dilakukan oleh orang Swedia juga mengacu pada Lagom yakni tidak berlebihan,
tidak kurang, pas.
Pengelolaan
uang dilakukan secara lebih praktis dan logis. Ketika membeli sesuatu selalu
dipertimbangkan terlebih dahulu apakah penting membeli produk itu atau tidak.
Dengan cara ini, secara perlahan akan menjauhkan seseorang untuk berhutang.
Inti
dari Lagom itu adalah apa adanya, tidak berlebihan dan jumlahnya pas. Dan hal
ini yang kemudian diterapkan oleh masyarakat Swedia dalam kehidupannya. Dengan
menerapkan konsep hidup Lagom, Swedia menjadi salah satu negara yang
penduduknya paling bahagia.
Dalam
buku ini juga dijelaskan beberapa poin yang daoat dilakukan untuk menerapkan
Lagom yakni : jangan sombong, tidak boros, jangan membuang-buang waktu hingga
melakukan 3R yakni reuse, refil dan reycle.
Buku
ini cukup menarik dibaca karena diungkapkan secara satu per satu dari berbagai
bidang. Selain itu, buku ini menerima penghargaan di bidang penulisan dari Society of American Travel Writers dan North American Travel Journalist Association.
Jika
teman-teman tertarik untuk membeli buku ini, bisa langsung membuka website https://bukudiskon.co.id/ ya. Oh ya, apakah
teman-teman tertarik untuk hidup Lagom ala orang Swedia? Atau sudah menerapkan
dalam kehidupan teman-teman? Yuk berbagi ...
Penulis:
Lola A. Åkerström
Diterjemahkan
dari ‘Lagom : The Swedish Secret of
Living Well’
Penerbit : Renebook
Jumlah
Halaman: 244
Kertas
: Bookpaper
Ukuran: 14 x 21 cm
Berat:
250 Gram
Saya suka sama prinsip hidup orang Swedia ini. Bukan apa", tapi memang hidup itu ga perlu ngoyo2, menikmati setiap tetes rezeki yang sudah diberi. Pas, ga kurang ga lebih. Jangan maksakan diri. Support negara membuat rakyatnya nyaman. Ga ada yang namanya iri. Saya bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Yess!! Sangat suka sama polanya.
Reply DeleteNih kayaknya sudah menghayati bener nih yang dilakukan orang Swedia dalam kehidupan sehari-harinya om Jun :)
Reply Deletetombol kebahagiaan sudah ada dalam diri kita masing-masing, tinggal turn on aja sewaktu-waktu
Reply DeleteSetuju banget, mas Satria. Semoga tombol kebahagiaan itu bisa selalu di turn on kan ya :)
Reply DeleteKeren mba. Jadi penasaran sama bukunya. Produk ikea dan oriflame juga kan dari swedia dan terbukti dari segi efisien.
Reply DeleteIyap bener banget, mba. Efisiensi itu yang mendasar banget dalam kehidupan orang Swedia :)
Reply Deleteya ampun 480 hari cuti melahirkan bo ya disini seharusnya gitu wkwkwk tp ga mungkin y Ummi :p
Reply Deletemenarik nih ceritanya ummi jadi penasaran pgn baca juga
Hahhaa jujur aku baca langsung deh pengen hamil, melahirkan dan membesarkan anak di Swedia. Hahhahahaaaa
Reply DeleteMenarik bukunya. Membahas tentang kultur suatu bangsa ya. Sepertinya saya belum termasuk menjalani Lagom.
Reply DeleteHayuk coba dipraktekkan dlu, Mama Sagara :)
Reply DeleteWah.. menyenangkan sekali tinggal di swedia.. apa kita pindah aja nih Mba Al? hehe, Bicara tentang kebahagiaan, beberapa hal dalam buku tsb sudah dijalankan, yg utama adalah keseimbangan hidup menurut aku, seimbang dalam peran sebagai ibu, istri dan individu, dengan keseimbangan tersebut InsyaAllah bahagia
Reply DeleteHhaha emang bikin ngiler yaa ...
Reply DeleteIyap setuju banget mba untuk memulai melakukan keseimbangan di peran yang kini kita jalani yaa
wah kayaknya enak banget yaa tinggal di swedia
Reply DeleteAbis baca buku ini, aku pun berpikiran hal yang sama. Hehhehe
Reply DeleteHarus segera ke gramed nih,,keburu habis,,,makasih ulasannya mbak
Reply DeleteLangsung bisa juga beli online, mas :)
Reply DeleteDi keluarga lagi menerapkan hidup sederhana, tapi karena aku hobi sosmed jadi kadang iri dengan yang wah wah.. Padahal udah tahu nggak butuh amat.. Harus banyak belajar nih.
Reply DeleteKayaknya keren bukunya, mau bacaa
Hahah nah ya bener mba. Aku juga kadnag khilaf :p
Reply DeleteAku bahagia mba,, punya temen dirimu hehe,,, kbahagian intinya kita sendirilah yg menciptakan
Reply DeleteAlhamdulillah bangeet mba Utieee :*
Reply DeleteIya kalau direnungin dalam2 buat apa memang yang hidup berlebihan. Apalagi besar pasak dari pada tiang. Apa yang kita butuhkan dan inginkan memabg disini ujiannya. Udah paham banget ya konsep ini org2 SWedia
Reply DeleteDan aku sendiri belum paham-paham. Masih pengen beli ini dan itu :p
Reply DeletePenasaran banget sama bukunya. Pingin cari ah :)
Reply DeleteLangsung bisa di order online, mba :)
Reply DeleteDuh....tambah lg impianku untuk pergi ke luar, padahal ke yg Deket aja susah banget atur duitnya. Tapi Swedia benar² menggiurkan
Reply DeleteIya insyaALlah kita tak tahu ya sapa tahu ada rejeki kita buat ke Swedia ya mba
Reply DeleteKapan ya indonesia kaya gitu ya? Di perusahan susu ngasih cuti 3 bulan. Kita yg dengarin aja bilang "ada lowongan gak pak ". Kalau negara lain cuma berharap aja, semoga kaya gitu. Kalau pindah warga negara mah ogah
Reply DeleteKalau cuti 3 bulan untuk menyusui di Indonesia memang iya sih ya mba. Asalkan bisa di terapkan di Indonesia ya
Reply DeleteKarena bisa hidup itu sebenarnya sudah berbahagia, hanya saja banyaknya keinginan mengikis kebahagiaan :)
Reply DeleteAlhamdulillah bener banget mbaa.
Reply Deletemakasih sharing reviewnya, belum baca
Reply DeleteMomggo beli dan baca, mbaa
Reply DeleteUntuk menata rumah saya mulai ngikut orang Swedia, Mbak..dengan membeli flat thing. Seperti pakai produk IKEA yang asal dan konsepnya dari Swedia, misalnya. . Beli sofa, meja, lemari, dan lainnya cuma satu atau dua box, bisa diangkat sendiri karena ringan, bisa dibawa pakai kendaraan sendiri dan dirakit mandiri karena mudah. Hemat apa saja itu...Keren !! Salut saya dengan idenya.
Reply DeleteWow keren banget itu, mba.
Reply DeleteRumahku ala Jawa, mba. Serba kayu jati. Hehhee. Sebetulnya lebih enak dipadu padankan ya mba
beruntung sekali saya mampir di sini, kebetulan ada blog collab di grup saya ttg hari kebahagiaan internasional. saya izin copas gambar boleh mba? nanti disertai sumber
Reply DeleteSiap boleh, mba :)
Reply DeleteTerima kasih ya
Yes, dalam islam pun segala sesuatu yg berlebihan akan menjadi tidak baik. Jadi yg sedang2 saja. Sesuai porsinya lah.
Reply DeleteIyap bener banget, mba Ade :)
Reply DeleteLagom, so inspiring.
Reply DeleteHarus banget nih mulai menerapkan ini di rumah. Selama ini juga jarang beli yang gak perlu2 bgt, tapi sesekali masih dan itu kayaknya harus mulai diminimalisir.
Btw jadi tertarik sama buku ini deh, makasih ya Mbaaa, jadi pengen beli juga
Kadnag kita khilaf ya, mba. Pengennya beli apa aja. Hihihi
Reply DeleteIyah, terus belajar menyederhanakan hidup, meminimalkan keinginan yang tidak penting.
Reply DeleteBanyaki berbagi akan lebih membahagiakan.
Berbagi kan nggak harus materi
Berbagi bisa dalam bentuk apa saja ya mbaa
Reply DeleteAlhamdulillah akupun kategori orang yang mudah bahagia dengan hal-hal sederhana, bukunya menarik dan menginpirasi sekali ya. Kayaknya abis baca buku Lagom orang-orang pada pengen hijrah ke Swedia ya hahaha.
Reply DeleteTapi emang bener loh...hidup sederhana, apa adanya nda berlebihan itu bikin adem dan bahagia :)
Iya mba Melinda. Hidup jadi lebih tenang
Reply DeleteMendadak buku ini menginspirasiku utk bikin buku "Bahagia ala Orang Indonesia" eh atau yg lingkup kecil dulu "Bahagia ala Orang Jakarta" hahaha. Soale pasti lbh deket ma kehidupan calon pembaca di dalam negeri. Piye? Kolaborasi? xixixixi
Reply DeleteHahhaa iyaa aku pun langsung terbersit begitu, mba :p
Reply DeleteBener ya..bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja 😊 Uang pasti koita butuh. Hanya saja ga semua bisa dibeli dengan kelimpahan harta untuk membuat seseorang itu bahagia. Menyenangkan hati orangtua, terlibat dlm acara keluarga juga membuat kita bahagia ya mb Alida 😚
Reply DeleteAlhamdulillah keterlibatan keluarga emang penting ya buat kehidupan
Reply Deletegak berlebihan yah intinya dan bersyukur dengan apa yang dimiliki apalagi bisa dipakai berulang-ulang dan gak mengganggu ekosistem. klo banyak orang yang menerapkan mungkin atmosfir masih raman dan lubang ozon yang meluas hihihi. tapi aku suka minum kemasan.mulai dikurangi lah sedikit sedikit daripada nambah sampah
Reply Deleteperlahan-lahan diterapkan pasti bisa ya
Reply DeleteAku jadi pingin ke Ikea.. Lhaaa.. hahaha.. Pingin juga menerapkan kayak orang Swedia supaya bahagia dan lebih bahagia ya mba.. Tips-tips sepertinjamgan sombong, jangan boros, dll itu memang pas banget untuk diterapkan dalam hidup sehari-hari..
Reply DeleteKemarin salah seorang penyiar radio juga bilang kalau yang namanya rezeki gak selalu tentang uang. Bisa punya waktu istirahat juga rezeki. Semoga kita semua selalu berbahagia :)
Reply Deletekapan ya orang Indonesia bisa berbahagia seperti orang swedia. terlalu banyak tekanan bikin orang Indonesia bisa ga bahagia
Reply Deletewuaaaaaah. jadi pengen hidup di Swedia kayanya ya abis baca buku Lagom ini. Hihihi. Dengan jatah cuti sebanyak itu kayanya bisa meminimalisasi tingkat stress para pekerjanya yaaaa
Reply DeleteBagus diterapkan di kehidupan kita ya, kadang sombong hadir tanpa terasa
Reply DeleteOh jadi kurang lebih intinya tentang pola hidup bersahaja dengan target yang sederhana ya, mba. Saya udah melewati sih fase ttg hidup nggak bahagia ini, haha... Ketika bikin usaha dan target2 itu sangat menggila (keuangan dll). Stop it then... hidup jadi lebih nyaman :D Iyesss, karena yang dicari dari hidup ini ya bahagia dunia akhirat.
Reply DeletePengen bisa hidup bahagia selamanya seperti orang Swedia hehe. Poin dari buku ini kayaknya bagaimana bisa memiliki waktu yang berimbang antara pekerjaan dan keluarga, sama pola hidup simpel...tapi kalau di Indonesia (Jakarta) rasanya harus pinter2 menciptakan kebahagiaan, problem masyarakat yang dihadapi berbeda pun kondisi sosial ekonominya
Reply DeleteWaaaaaaaah, menarik bangett nih bukunya. Pernah baca juga twit seseorang yang milih kerja di Swedia beserta alasannya, mirip sama isi buku ini juga. Jadi wishlist deh ni buku
Reply DeleteWeleeh, nikmat amat klo kehidupan ketja disini bisa kayak di Swedia ya. Hihi
Reply DeleteWahh,, jatah cuti sampe 5 minggu per tahun? Kece banget nih. Pindah ke Swedia aja kali yaa.. Hhahaa
Reply DeleteBekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Nice quote.. Karena nggak semua orang bisa memahami itu..
Reply DeleteIni sesuai sangat sama ajaran agama kita ya, Mbak. Tak boleh berlebih-lebihan. Aku pernah dengar curhatan teman cewek yang sibuk luar biasa sampai napas aja kayaknya kok payah. Aku tak bisa membayangkan hidup macam blio.
Reply DeleteGara2 postingan dirimu ku langsung beli bukunya dan bener dapet diskon dan cepet bgt sampenya dan bukunya baguuusss bgt. Gak nyesel beli
Reply Delete