Kado Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia ke 66

Blog ini berisi tentang kisah perjalanan, catatan kuliner, kecantikan hingga gaya hidup. Semua ditulis dari sudut pandang penulis pribadi

Kado Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia ke 66

Kejadian ini sudah terjadi tahun 2011 tapi masih teringat hingga kini. Dalam keadaan terluka akibat kecelakaan, saya di bawa sopir angkutan umum dan seorang kakek ke salah satu rumah sakit pemerintah di kawasan Jakarta Timur. Apa daya, tak satu pun yang mau menerima saya. Saya masih mengingat kalimat yang terucap dari seorang satpam yang keluar dari UGD. “Maaf, UGD penuh,” katanya. “Tapi saya kecelakaan,” kata saya. Satpam itu kemudian kembali masuk UGD dan kembali seorang diri. Tak ada satu pun tim medis yang keluar dan melihat keadaan saya. “Maaf, bu. Sebaiknya ibu cari rumah sakit lain,” katanya. Sopir angkutan umum yang membawa saya sempat bersitegang dengan satpam. Saya tahu satpam itu panik dengan kondisi saya. Entah kekuatan apa yang membuat saya kemudian meminta sopir membawa saya ke salah satu rumah sakit swasta masih masih berada di kawasan Jakarta Timur. Saya seolah mendapat kekuatan untuk tenang sehingga mampu menghubungi suami menggunakan telepon genggam sopir angkutan umum.

Selamat ulangtahun IDI

Mobil angkutan umum itu kemudian melaju membelah jalanan macet menuju UGD rumah sakit swasta. Saat saya tiba, tim medis langsung menangani saya. Saya ditanya tentang berbagai hal. Pertanyaan-pertanyaan yang membuat saya tetap sadar berpikir. “Bu, kami minta ijin untuk menggunting celana jeans ibu,” kata seorang dokter. “Silakan dokter,” kata saya. Dokter menanyakan apakah saya sudah mengabarkan keluarga atau belum. Dan saya mengatakan bahwa saya telah mengabarkan suami saya. 

Tak lama, suami saya tiba. Saya yang sedari tadi menahan air mata, kemudian menangis saat melihat suami. Suami memeluk saya. Seorang dokter mendekati saya dan suami. “Bu, sore ini langsung operasi ya,” kata dokter. Teryata kaki saya patah, urat jempol kaki kiri saya putus sehingga harus dilakukan penanganan secepat mungkin. Sambil menunggu jadwal operasi, teman-teman datang tanpa henti. Rasa sakit yang awalnya tak terasa tiba-tiba muncul. Sakitnya jangan ditanya karena terlalu sakit. Syukurlah, operasi berlangsung lancar. Kaki saya dipasang pen luar di empat titik. Setelah dirawat delapan hari di rumah sakit, saya diijinkan rawat jalan.

Di rumah, banyak yang yang berkunjung dan tentu saja menanyakan kronologi kejadian. Saya pun bercerita tentang kondisi saya yang ditolak rumah sakit. “Bu, ibu seharusnya tidak boleh ditolak. Rumah sakit harus menerima pasien UGD apalagi kondisi kecelakaan seperti ibu,” kata salah satu tetangga saya. Dalam kondisi darurat, rumah sakit wajib untuk memberikan pertolongan pertama walaupun UGD penuh. Saya terhentak dengan kenyataan ini. Saya kemudian meminta pertimbangan kenalan dokter-dokter yang lain. Saya kemudian menulis surat pembaca di media cetak untuk menceritakan pengalaman saya.

Saya tak tahu alasan mengapa ada penolakan dari rumah sakit dengan kondisi saya seperti itu. Di satu sisi saya bersyukur ada rumah sakit yang menolong saya. Memang, saat surat pembaca itu terbit di media cetak pihak rumah sakit kemudian datang ke rumah dan menyatakan turut berduka dan minta maaf.  

Saya paham bahwa keberhasilan tugas profesional seorang dokter merupakan tanggung jawab bersama. Tidak hanya dibebankan pada profesi dokter tapi juga harus didukung oleh pemangku kebijakan, terutama pemerintah. Carut marutnya sektor kesehatan akan menimbulkan potensi konflik antara rakyat dan dokter. Dokter lndonesia sebagai bagian dari rakyat lndonesia membutuhkan peranan dan keberadaan negara dalam mewujudkan rasa keadilan dalam kehidupan berbangsa. Harapannya, warga masyarakat dapat mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara di bidang kesehatan. 
Sumber : IDI 
Saat hari UlangTahun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke 66 pada 24 Oktober lalu, dokter-dokter dari seluruh Indonesia melakukan aksi damai untuk menyuarakan Reformasi Sistem Kesehatan dan Reformasi Sistem Pendidikan Kedokteran Yang Pro Rakyat. Peserta aksi terdiri dari dokter umum dan dokter spesialis dari berbagai daerah. Melalui aksi ini lDl ingin mengajak segenap komponen masyarakat bersama-sama mendorong pemerintah untuk meluruskan kembali kebijakan negara di sektor kesehatan termasuk pendidikan kedokteran yang menjadi salah satu sumber pencetak lahirnya tenaga kedokteran mumpuni bagi bangsa ini.
 
Saya pribadi sangat mendukung sistem pendidikan kedokteran yang pro rakyat. Logika saya, apabila sejak awal sistem pendidikan yang pro rakyat, maka semakin banyak muncul dokter-dokter yang mengutamakan kepentingan rakyat. Namun, untuk menghadirkan sistem pendidikan kedokteran yang pro rakyat, tidaklah mudah. Pelaksanaan tugas profesi dokter masih jauh dari konsep ideal yang diinginkan. Pemahaman masyarakat pada profesi dokter yang minim dan terbatas pada hubungan dokter dan pasien seringkali menimbulkan gesekan antara masyarakat dan dokter saat memberikan layanan kesehatan. Keberadaan dokter dalam pelayanan kesehatan seringkali tidak diimbangi dengan fasilitas dan jumlah tenaga kesehatan lainnya yang memadai sehingga menimbulkan problem dan berpotensi pada layanan kesehatan yang substandar (dibawah standar).

Logo Aksi damai IDI 
Saya kemudian mendapat informasi bahwa IDI memandang penting untuk menyampaikan masukan terkait kebijakan sistem pelayanan kesehatan yang masih perlu mendapatkan perhatian pemerintah. IDI di satu sisi menyatakan dukungan penuh terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan menyadari bahwa dokter adalah garda terdepan pelayanan jaminan kesehatan nasional.

Ada beberapa hal yang kemudian di suarakan IDI dalam aksi damai tersebut. Pertama: alokasi pembiayaan untuk obat bagi pasien yang terlalu kecil sehingga menyulitkan bagi dokter untuk memberikan obat dan penanganan terbaik terutama bagi pesefta BPJS dari kalangan rakyat miskin.  Kedua, pelaksanaan JKN masih memerlukan harmonisasi kebijakan dan pengawasan termasuk dalam kaitannya dengan otonomi daerah yang masih menjadi kendala dalam penerapan program JKN. Di satu sisi, sarana prasarana pelayanan untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKP) masih minim. Terutama, ketersediaan obat, alat kesehatan, dan sarana penunjang Iain yang sangat diperlukan dokter guna menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit yang diderita pasien. Dan masih banyak permasalahan lainnya.

Semuanya permasalahan diatas berujung membengkaknya biaya yang harus dikeluarkan BPJS, pelayanan substandar, tingginya angka rujukan dan bahkan berpotensi besar meningkatkan hilangnya nyawa manusia yang tidak ternilai harganya. Carut marut ini menjadi realitas yang harus mau diakui dan dibenahi sehingga dokter dapat memberikan layanan sesuai standar layanan medis dan masyarakat tidak dirugikan.

Di satu sisi, pendidikan kedokteran harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, khususnya hal yang terkait dengan mahalnya biaya Pendidikan Kedokteran yang pada ujungnya berdampak pada mahalnya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat. Dampak tersebut tentu saja membawa dampak yang tragis terutama bagi masyarakat miskin, yang semakin sulit mengakses pelayanan kesehatan dengan mudah dan murah.

Alhasil, institusi pendidikan kedokteran saat ini telah bergeser dari lembaga pendidikan terprofesi yang luhur menjadi profit oriented. Selain itu, pendidikan kedokteran saat ini semakin mahal, lama, dan tidak pro-rakyat. Seandainya pendidikan kedokteran pro rakyat, maka akan bermuncul dokter-dokter yang pro rakyat sehingga kasus yang pernah saya alami, tak terjadi lagi. Selamat Hari Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia ke 66



50 件のコメント

Avatar
Herva Yulyanti 2016/10/28 16:27

Y ampun mba untunglah masih ada yang berbaik hati y sama mba cerita kawan ditolak di UGD padhl kritis hingga menghembuskan nafas terakhir memang itu sdh takdir tp seandainya masih ada nurani u/ orientasi menolong bkn orientasi uang nyawanya masih tertolong.
semoga kedepannya tdk ada lagi y mb kasus dibiarkannya pasien :)

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 9:51

Innalillahi mba Herva. Sedih mendengarnya ya mba :(
Semoga tidak terjadi lagi ya mba

Reply Delete
Avatar
Diah Kusumastuti 2016/10/29 3:01

Miris ya Mbak kalau kita berfikir dari akar permasalahannya, seperti dari sistem pendidikan kedokteran ini. Kalau pendidikannya sudah profit oriented begini, tidak heran jika di kemudian hari profesi dokter juga profit oriented semata.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 9:52

Iyaa, semoga akan semakin lebih baik ya mba DIah. Aamin

Reply Delete
Avatar
lendyagasshi 2016/10/29 5:00

Semoga masih banyak dokter yg peduli tentang masyarakat.
Dari mulai pendidikan hingga sistem yg sedang berjalan.

Selamat Ulang Tahun IDI ke 66 tahun.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 9:52

Aamiin. Semua sistem harus berjalan sejak awal dengan baik ya ...

Reply Delete
Avatar
Aira Kimberly 2016/10/29 7:29

Pendidikan kedokteran yang pro rakyat, ini crusial banget. Juga masalah standarisasi pendidikan, apakah fakultas kedokteran di universitas swasta itu sudah memiliki kualifikasi setara dengan universitas negeri? Karena saya melihat beberapa "dokter muda karbitan" yang bahkan tidak mencintai profesinya, tidak memahami apa yang dia lakukan dan bekerja semata demi uang :(

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 9:53

Mba Aira, saya sih percaya banyak dokter yang mencintai profesinya dengan sepenuh hati. Aamin

Reply Delete
Avatar
zata 2016/10/29 7:46

ya Allah, untung akhirnya diterima di RS lain ya mba. Kebayang marahnya sama pihak RS yg menolak dan aku setuju bgt dengan tindakan mba nulis surat kpd mereka.

Semoga situasinya semakin ke depannya ya.. Btw, selamat ulang tahunnn IDI :)

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 9:53

Iyaa, mba Zat. Ngilu membayangkannya. Aamin mbaa

Reply Delete
Avatar
Lina W. Sasmita 2016/10/29 9:22

Pendidikan kedokteran yang pro rakyat dengan cara menuruhkan biaya pendidikan sehingga terjangkau oleh rakyat biasa.

Btw gimana kondisi kakinya pasca operasi Mbak?

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 9:54

Lukanya memanjang dan permanen, mba. Tapi secara fungsi sudah seperti semula, mba. Alhamdulillah

Reply Delete
Avatar
Ruli retno 2016/10/29 9:52

Makasih bgt para dokter mau melakukan aksi damai ini. Setidaknya itu menyuarakan keinginan kita sbg rakyat. Ntah knp perwakilan2 kita di DPR itu tdk memperbaiki hal ini. Hiks.. semoga dgn aksi damai kmrn ada hasil yg significant

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 9:59

Iyaa mba. Aksid amai itu bagus karena proses perbaiki untuk yang lebih baik. Aamiin

Reply Delete
Avatar
reni dwi astuti 2016/10/29 9:54

jadi sedih kalau ada oknum dokter yang profit oriented... kasihan yang nggak berduit

Reply Delete
Avatar
Tina Sindi 2016/10/29 9:54

Sedih bacanya mba... Semoga tidak akan terulang lg ya mba....cukup sekali aja

Reply Delete
Avatar
Arina Mabruroh 2016/10/29 11:56

Duuh... aku degdegan membayangkan Mba Lid nggak diterima di UGD RS padahal kondisi habis kecelakaan :(

Semoga ke depan pelayanan terutama kesehatan dan pendidikan makin meingkat perbaikannya. aamiin..

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 13:00

Iya mba Arina. Tapi alhamdulillah Allah menolongku :)

Reply Delete
Avatar
my words 2016/10/29 12:45

profit oriented.... jadi abai sisi kemanusiaan :(

Reply Delete
Avatar
Eri Udiyawati 2016/10/29 12:49

Saudaraku pun ditolak karena memakai BPJS, akhirnya pindah RS, dah mereka mau menerima dan segera mengoperasi.

Entah bagaimana dokter sekarang, aku pun perlu dokter yg pro rakyat.

Dan semoga, kelak, ada pendidikan dokter yg tidak memakan biaya besar.

Selamat hari IDI ke 66. Semoga para dokter mampu melayani pasien dg baik.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 12:58

Aamin, mba Eri. Biar makin banyak yang pro rakyat

Reply Delete
Avatar
lianny hendrawati 2016/10/29 13:40

Aduh sedih baca kisah mb Lid. Syukurlah ya mbak, cepat ditangani di RS lainnya.
Selamat ulang tahun IDI yang ke 66. Semoga semakin banyak dokter yang pro rakyat.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 14:10

Selalu ada pertolongan Allah, mba :)

Reply Delete
Avatar
Turis Cantik 2016/10/29 13:48

Alhamdulilah masih bisa cepat tertolong. Masih bnyak orang lain yg mungkin ngak punya uang sama sekali di tolak sana sini krn ngak mampu bayar perawatan dokter pdahal mereka jg korban kecelakaan. Dokter yg pnya hati nurani memang kini mulai sedikit, tapi saya yakin ada.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 14:10

Iyaa mba Muthz, Itu sedih sekali ya ....

Reply Delete
Avatar
Inda Chakim 2016/10/29 14:48

smoga poin2 yg digaungkan bs terrwujud, amin pakek bgd, byr pelayanan kesehatan utk rakyat smkin baik,
tengkiu sharenya ya mbk

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/29 15:13

Aamin, mba Inda. Makasih ya :)

Reply Delete
Avatar
rita asmaraningsih 2016/10/29 17:26

Di dkt rumahku alhamdulillah masih ada dokter praktek yg gak melulu profit oriented.. Murah meriah sdh dpt obat.

Reply Delete
Avatar
Ria Rochma 2016/10/29 18:24

Selamat ulang tahun IDI. Semoga makin memperhatikan rakyat dengan segala keprofesionalan yang didapat dari pendidikan yang saya yakin, tidaklah murah.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/30 8:17

Aaaminn, mba Riaa
Makasih mba

Reply Delete
Avatar
wahyu nurdiyanto 2016/10/29 21:26

banyak kasus kayak gini,...semoga jadi kasus terakhir...

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/30 8:19

Iyaa, tapi masih terjadi mas :(

Reply Delete
Avatar
Anne Adzkia 2016/10/29 22:00

Rumit deh kalau membahas dunia kesehatan negeri ini. Seperti lingkarang setan yang sulit diurai dimana ujung pangkalnya. Akhirnya semua kembali ke nurani masing-masing aja. Insya Allah masih banyak dokter yang peduli rakyat, tapi kadang terhambat sistem. Semoga kejadian spt ini nggak terjadi pada siapapun ya mbak.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/30 8:23

InsyaAllah saya juga percaya banyak mba dokter yang peduli rakyat :)

Reply Delete
Avatar
akuibubahagia 2016/10/30 5:45

Saya penasaran sm kronologis kecelakaannya mba.. gimana ceritanya mb?
Soal dtolak rs deuh miris bgt. Fungsi rs yg tak lg berfungsi *sedih + kecewa

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/30 8:24

Mba Shona, saya ditabrak truk trailer saat mau menyebrak di zebra cross di bawah fly over Pasar Rebo, mba :(

Reply Delete
Avatar
Lingga Permesti 2016/10/30 9:05

pernah baca konon program JKN ini merugikan para dokter, ya mudah-mudahan semua semakin membaik, dan pemerintah bikin aturan yang win-win solution

Reply Delete
Avatar
Lidha Maul 2016/10/30 13:42

ya ampun mbak, keluarga saya baru aja ngalamin kecelakaan. Dan itu buat saya langsung kepikiran. Saya juga setuju pastinya dengan apa yang diusung dalam aksi damai kemaren. Saya percaya masih ada dokter yang pro rakyat.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2016/10/31 8:50

Setuju, mba. Aku pun percaya :)

Reply Delete
Avatar
tutyqueen 2016/11/01 4:30

duh mbak baca yang di awal kesal banget, minimal ada dokter yang melihat kondisi nya terlebih dahulu

Reply Delete
Avatar
iyahyuktravelling 2016/11/01 6:35

Miris banget ya mbak, disaat jumlah lulusan kedokteran bertambah banyak tetapi arahnya banyak ke profit oriented. Semoga makin banyak dokter yang pro rakyat.

Reply Delete
Avatar
Helenamantra 2016/11/07 23:44

RS-nya yang di deket Tip Top kah? RSUD penuuuh, ga cuma di Jakarta. Pasien kadang terbengkalai di lorong RS. Sedih deh lihatnya. BPJS pun belum bisa menjadi jaminan.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 2017/09/07 7:49

Smoga makin banyak RS yang pro rakyat ya mba. Amin

Reply Delete