Memilih Menikah (Lagi)

Blog ini berisi tentang kisah perjalanan, catatan kuliner, kecantikan hingga gaya hidup. Semua ditulis dari sudut pandang penulis pribadi

Memilih Menikah (Lagi)

Apa rasanya ketika orang yang dicintai tiba-tiba mengkhianati? Sakit? Tentu saja!. Dulu mungkin ada yang menganggap kisah ini hanya kisah dalam sinetron, sebuah dongeng, atau khayalan belaka. Tapi belakangan kita sadar, bahwa itu sesuatu yang nyata. Terjadi di sekitar kita. Mengapa saya menulis seperti ini? Ini karena semalam, saya membaca kisah dari buku karya Asma Nadia yang berjudul “Surga yang Tak Dirindukan”. 

Seperti khas buku Asma Nadia yang kerap menceritakan soal perempuan dan kehidupan rumah tangga. Kisah dalam buku ini mengangkat kehidupan sebuah keluarga yang boleh dikatakan, nyaris sempurna. Apa lagi yang dicari selain anak yang sehat dan pintar, rumah idaman yang berhasil dimiliki, pasangan pernikahan yang mencintai dan dicintai? Tapi teryata, itu semua tak cukup.

Airin, nama tokoh utama di buku, awalnya merasa hidupnya penuh kebahagiaan. Namun, kecurigaan muncul saat mengetahui ada bon-bon kesehatan atas nama perempuan lain di saku suaminya, Pras. Pras yang hanya mengenal cinta saat bertemu istrinya, Airin, teryata jatuh cinta dengan perempuan lain dan memilih menikahinya. Perempuan lain itu bernama Mei Rose, perempuan yang memiliki bayi tanpa suami. Mei Rose, perempuan yang selama ini hidup menderita dan kemudian merasakan mengenal cinta dari Pras. Mei Rose, perempuan yang awalnya ingin bunuh diri kemudian memilih bertahan hidup demi Pras, dan bayi yang dikandungnya.

Saya, sebagai perempuan, selalu tak habis pikir mengapa seseorang memilih untuk menikahi perempuan lain atau dinikahi pria lain. Saya mengetahui bahwa ada aturan agama yang mengatur itu. Tapi soal adil? Siapa yang menjamin seseorang menjadi adil? Adil itu apakah yang satu dapat strawberry sebesar 50 kilogram dan satunya pun demikian? Ah, tak sesederhana itu. Ini urusan hati, urusan perasaan anak-anak yang memiliki masa depan yang panjang. Saya mengenal keluarga yang memilih hidup poligami. Keluarga itu hidup dengan pilihan mereka.

Tapi, saya juga mengenal pria yang memilih menikah lagi untuk kedua kali, padahal dia sendiri tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya sendiri. Bayangkan, hidupnya sendiri. Dan kemudian ketika dia menikah lagi dan memiliki anak, dia tak mampu membiayai hidupnya, hidup istri pertama, hidup dua anak dari istri pertama, hidup istri kedua dan hidup tiga anak dari istri kedua. Bahkan teryata, dia pun telah menikahi perempuan lain. Ribet bukan? Iya begitulah. Saya pernah bertanya, mengapa kamu menikah lagi. Jawabannya, istri terlalu sering bekerja. Ah dari sini saya tahu cintanya tak utuh.

Masalah semakin muncul ketika pria itu kemudian pergi, kedua istrinya tidak memiliki pekerjaan pasti, dan anak-anak pun terlantar.  Siapa yang paling berduka? Anak-anak!. Ketika perempuan itu memilih untuk membagi dan dibagi cinta, dia harus tahu resikonya. Dan kemudian ketika resiko itu datang, kadang tak ada kesiapan. Penyesalan muncul, selalu belakangan. Kalaupun penyesalan itu diterima, pasti dengan hati yang sangat berat. Itu soal menikah lagi.

Cinta yang dibagi berarti, cinta pasangan tidak milik kita secara utuh. Terbagi dengan yang lain, perempuan dan pasangan lain. Kemarin ada kawan saya bercerita tentang kenalannya yang dengan mudahnya menggandeng perempuan dan pria lain padahal mereka telah menikah. Tak ada rasa malu, tak ada penyesalan. Saya terkadang merasa, apa saya hidup di dunia yang salah? Mengapa sesuatu yang dulu dianggap tabu, sekarang dianggap sesuatu yang wajar ?

Saya selalu berdoa agar hidup saya dan pasangan saya selalu dipenuhi cinta. Cinta yang tak akan pernah habis, cinta yang tak dibagi dengan orang lain selain keluarga. Cinta yang selalu dipupuk dengan rindu dan kasih sayang. Cinta yang muncul seperti cinta saya kepada suami, dan cinta suami kepada saya.

コメントを投稿