Kajian Hubabah Ummu Salim bin Hafidz, Dari Tarim untuk Indonesia

Kajian Ustadzah Hubabah Ummu Salim salah satunya tentang adab ke masjid. Apa saja adab datang ke masjid ?

Kajian Hubabah Ummu Salim bin Hafidz, Dari Tarim untuk Indonesia


Alhamdulillah,

Alhamdulillah atas segala puji yang Allah berikan sehingga Allah ijinkan saya menghadiri kajian yang menghadirkan Hubabah Ummu Salim bin Hafidz dan Ustadzah Halimah Alaydrus pada hari Senin, 21 Agustus 2023 di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Saat pertama kali mendapatkan informasi Hubabah akan datang, saya amat sangat senang. Apalagi tahu bahwa ada Ustadzah Halimah yang hadir dan menerjemahkan. Selama ini saya mendengar kajian-kajian Hubabah melalui Ustadzah Halimah, murid Hubabah saat belajar di Tarim.

Jadi tentu saja, kebahagiaan ini tak ingin saya lewatkan untuk tak menghadiri kajian Hubabah di Jakarta. Saya memutuskan untuk cuti kerja. Alhamdulillah, teman kerja kompromi sehingga saya bisa memutuskan untuk cuti kerja.




Kebahagiaan menyambut kedatangan Hubabah terlihat di hampir seluruh grup whatsapp majelis taklim yang saya hadiri. MasyaAllah. Betapa senangnya kami kedatangan Bidadari dari Tarim dan semuanya berlomba-lomba untuk menghadiri kajian Hubabah.

Beberapa teman taklim menghubungi dan sampaikan datang agak siangan. Saya sampaikan kalau saya akan berangkat pagi sehingga lebih nyaman dan khusyuk mendengarkan kajian tanpa perlu berdesak-desakan untuk mencari tempat duduk.

Berangkat ke Masjid Istiqlal, Jakarta

Senin, 21 Agustus 2023 pukul 09.00 WIB saya berangkat dari rumah menggunakan commuterline Stasiun Pondok Cina ke stasiun Juanda. Itu pertama kali saya naik commuterline ke Masjid Istiqlal sehingga agak kurang familiar akses ke sana. Tapi saya yakin pasti akan banyak yang jalan kaki menuju Masjid Istiqlal. Dan tebakan saya benar karena baru tiba di stasiun Pondok Cina, sudah banyak rombongan jamaha perempuan berpakaian hitam-hitam.

Alhamdulillah makin banyak temannya buat naik commuterline bersama. Dari stasiun Juanda, beramai-ramai jalan kaki menuju Masjid Istiqlal. Sepanjang jalan, sudah banyak jamaah yang berkumpul. Ada yang masih menghabiskan waktu makan di pedagang kaki lima, ada yang sekedar duduk di taman, kemungkinan menunggu anggota jamaah lainnya.

Saya langsung masuk ke Masjid Istiqlal dan teryata di ruang utama selasar kiri tempat jemaah perempuan sudah penuh. Selasar kanan sengaja dikosongkan untuk persiapan shalat dzuhur untuk jamaah pria dan baru bisa dimasuki jamaah perempuan pukul 12.30 WIB (tapi kenyataan sebelum shalat dzuhur mulai, selasar kanan dipenuhi jamaah perempuan yang masuk.

Menuju lantai dua, saya mendapat posisi tepat di depan panggung utama. Alhamdulillah. Saya rasa tempat duduk itu yang paling nyaman dan aman buat saya mengikuti kajian yang akan dimulai pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB.

Kajian Hubabah Ummu Salim bin Hafidz tentang Adab ke Masjid

Sebelum Hubabah datang. Ustazdah Halimah berulangkali sampaikan bahwa tidak boleh memotret dan merekam Hubabah. Termasuk suara Hubabah tidak boleh direkam sama sekali. Apa saja yang disampaikan Hubabah dalam kajiannya ?

Alhamdulillah saat mendengarkan kajian, saya langsung mengetik di handphone isi kajian Hubabah.

Hubabah mengawali kajian dengan ucapan alhamdulillah atas segala berkah yang Allah berikan. Tidak ada kegiatan yang bisa datangkan kebaikan ataupun keburukan sekalin karena kuasa Allah. Shalawat dan salam juga dipanjatkan kepada Nabi Muhmmad SAW yang penuh cinta kasih.

Hubabah mendoakan kita semua aggar dapat datang dan minum dari telaga Nabi Muhammad yang rasanya manis dan jernih. Minuman yang walaupun hanya diminum seteguh tapi tak akan merasa haus untuk selamanya.

Masjid, tempat berkumpulnya merupakan tempat yang disukai oleh Allah. Allah mencintai masjid dan masjid adalah tempat yang dibangun untuk ingat dan beribadah kepada Allah. Maka, walau hanya sekedar masuk ke masjid merupakan ibadah yang bisa menjadi bekal kita semua menuju Allah.

Dan orang yang datang ke masjid ibarat tamu yang layak dijami sehingga siapapun yang ke masjid pasti mendapat kemuliaan dari Allah dan insyaAllah hajatnya akan diiijabah oleh Allah. Di dalam masjid, doa-doa diijabah.

Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita semua adab masuk masjid. Pertama-tama, ketika keluar rumah menuju masjid, jangan lupa membaca doa. Perjalanan menuju masjid berbeda dengan menuju tempat lain karena setiap perjalanan ke masjid bernilai pahala. Setiap langkah menuju masjid membuat dosa-dosa diampuni oleh Allah. Dan satu langkah menuju masjid merupakan satu tingkatan menuju Allah. Apabila naik kendaraan menuju masjid, maka satu putaran rodaterhitung satu langkah yang didikatkan menuju jurga Allah.

Adab masuk masjid juga masuk masjid dengan kaki kanan sambil membaca doa masuk masjid agar diampuni dosa dan dibukakan pintu rahmat. Hubabah juga menjelaskan selama di masjid, niatkan untuk melakukan itikaf karena Allah.

Orang yang itikaf di masjid karena Allah maka tidak diperkenankan mengucapkan hal lain selain menggucapkan kalimat Allah. Selain itu disunnahkan juga untuk melakukan shalat sunnah tahiyatul masjid dua rakaat saat masuk masjid, kemudian duduk membaca Al Quran. Atau sibukkan diri dengan mendengar kajian seperti yang dilakukan ini.

Apabila keluar dari masjid hendaklah keluar dengan kaki kiri. Di masjid, jangan lakukan hal yang tak baik misalnya ngobrol di masjid. Nabi Muhammad SAW bersabda, berbicara di masjid dapat memakan kebaikan sebagaimana api membakar kayu”. Nabi juga melarang kita tertawa di masjid karena ketawa di masjid akan membawa kegelapan di dalam kuburan. Naudzubillah …

Ada kisah tentang Sayyidinah Abdullah bin Umar yang bertemu dengan seorang Amir (pejabat) di masjd dan menannyakab kabarnya. “Maafkan saya pak. Saya malu menyebut nama selain Allah karena saya di rumah Allah,” kaya Sayyidinah Abdullah bin Umar. Keluar masjid, keduanya bertemu dan kemudian Amir itu bertanya kepada Sayyidinah Abdullah bin Umar, “Apakah ada hajatmu yang ingin aku penuhi?’.

“Hajat dunia atau hajat akhirat? ,” kata Sayyidinah Abdullah bin Umar. “Tentu saja hajat dunia,” kata Amir itu. Kalimat itu kemudian berkata “Untuk hajat dunia saja saya tak meminta kepada Allah sang pemilik dunia, kenapa saya harus memintanya kepadamu yang tak memiliki dunia?,” kata Sayyidinah Abdullah bin Umar.

Berlanjut ...

Đăng nhận xét