Naik Commuterline untuk Bumi Lebih Baik

Blog ini berisi tentang kisah perjalanan, catatan kuliner, kecantikan hingga gaya hidup. Semua ditulis dari sudut pandang penulis pribadi

Naik Commuterline untuk Bumi Lebih Baik

 


Emang bisa naik commuterline bisa menciptakan bumi menjadi lebih baik? Pertanyaan itu sebaiknya simpan terlebih dahulu karena saya akan ceritakan kisah saya bersama commuterline. Jadi, commuterline adalah kendaraan utama yang saya gunakan untuk beraktifitas sehari-hari. 


Saya pertama kali naik commuterline sekitar tahun 2011 ketika melaksanakan kuliah pascasarjana di Universitas Indonesia. Kala itu, naik commuterline dari rumah kemudian kantor dan ke kampus atau menuju tempat liputan, sungguh terbantu dengan commuterline. 


Setelah adanya tawaran kerja di kawasan Palmerah, Jakarta hal pertama yang saya lihat adalah bagaimana akses menuju kantor itu. Teryata, perjalanan menjadi lebih mudah berkat commuterline. Jadi dari stasiun Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, saya naik commuterline hingga stasiun Tanah Abang. Perjalanan mungkin satu jam lebih. Kemudian dari stasiun Tanah Abang, saya berganti commuterline dan naik commuterline ke stasiun Palmerah. Dari stasiun Palmerah, saya jalan kaki menuju kantor.

 


naik commuterline


Tampak semuanya baik-baik saja kan ? Tak juga. Jika naik di jam berangkat atau pulang kerja, pengguna commuterline menumpuk. Ketika hujan, resiko commuterline terkena gangguan pun bisa terjadi. Alhasil, para penumpang pun terpaksa menunggu di dalam commuterline dalam keadaan gelisah. 


Syukur-syukur bisa duduk, pendingin udara di dalam commuterline berfungsi baik. Apa rasanya tak kebagian duduk, menunggu tanpa kejelasan karena commuterline terhenti jalannya dan kita berada di dalam commuterline yang penuh sesak ? Tentunya tak nyaman. 


Saat commuterline, terjadi perubahan aturan yang berganti-ganti seiring berkembangnya aturan di masa pandemi. Saya yakin, tujuan peraturan itu untuk mencegah meluasnya virus covid namun satu sisi masih tetap memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. 


                    naik commuterline



Namun keinginan itu tak mudah terjadi. Saat pandemi, terjadi antrian mengular hingga luar stasiun yang membuat banyak yang terlambat ke tempat tujuan. Saya pun tak luput menjadi orang yang terdampak antrian panjang sebelum masuk stasiun. Masalahnya tak sampai disana. 


Teryata di dalam commuterline, di kala pandemi yang selalu diajarkan untuk jaga jarak teryata tak bisa terwujudkan. Untuk duduk dibatasi jarak, sehingga yang biasanya delapan orang menjadi hanya empat orang. Namun di satu sisi, ketika penumpang berdiri sama sekali tak ada jarak! 





Disuruh menunggu commuterline selanjutnya, potensi telat tiba di kantor terbayang nyata. Makanya, jangan heran kalau banyak yang memaksa naik commuterline berdempet-dempetan sambil berdoa mudah-mudahan tak terkena covid. Aamiin ! 


Saat pandemi dan saya masih tetap naik commuterline, banyak sekali yang komentar dan menanyakan mengapa saya tetap naik commuterline ? Apa nggak bisa bawa kendaraan sendiri ? Apa nggak takut kena covid karena berdempet-dempetan? Ada juga yang komentar “Duh aku mah mending nggak naik commuterline deh. Serem” 


Duh kalau mau jujur, agak ngenes juga pas saya dapat pertanyaan itu. Apa dikira saya juga nggak was-was naik commuterline di saat pandemi ? Kenapa saya bela-belain masuk kerja ke kantor naik commuterline berdempet-dempetan di kala pandemi. 


Jadi begini, 

Ijinkan saya menarik napas panjang sebelum saya membalas pertanyaan-pertanyaan yang terlontar itu. Hmmm … 

Ada beberapa hal yang sebetulnya menjadi alasan saya tetap naik commuterline bahkan di kala pandemi. 


Sangat Murah 


Pertama, naik commuterline itu membuat saya lebih hemat biaya. Bayangkan saja, biaya naik commuterline ke stasiun Palmerah sekali jalan hanya Rp 4000. Catat, Rp 4000. Sedangkan dari rumah saya di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur ke Palmerah jika naik ojek online biayanya Rp 70.000/sekali jalan. Kalau naik mobil online, lebih dari Rp 150 ribu/sekali jalan. Bayangkan betapa jauh perbedaan antara naik commuterline, naik ojek online dan naik mobil online ke kantor. Kalau naik commuterline, dalam sebulan saya hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 4000 x 2 x 24 hari kerja dalam sebulan sebesar Rp 192 ribu. Kalau naik ojek online Rp 70.000 x  2x 24 hari kerja dalam sebulan, biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 3,360.000. Kalau naik mobil online Rp 150.000x2x Rp 7.200.000. Tampak perbedaan yang sangat jauh sekali kan ? 


Nyaman 

Diluar terjadinya beberapa ganguan sinyal di jalur commuterline yang mengakibatkan keterlambatan, commuterline cenderung lebih nyaman. Saya bisa naik commuterline sambil tertidur mulai dari naik commuterline dan terbangun saat tiba (kalau dapat tempat duduk), saya bisa membaca di buku atau sekedar mengakses handphone dengan berbagai aplikasi yang ada di dalam handphone. 


Anti Macet 


Jalur dari rumah saya ke kantor boleh dibilang adalah jalur macet. Dan kemacetannya kadang tak bisa terprediksi terjadi berapa jam. Kalau macet, biasanya jadi mudah merasa stres dan malah ini menganggu mood seharian. Tapi kalau naik commuterline, saya bisa terhindar dari kemacetan dan tiba di kantor tepat waktu. 


Untuk Bumi Lebih Baik Gunakan Commuterline


Kenapa saya katakan bahwa naik commuterline merupakan cara saya agar bumi menjadi lebih baik ? Naik commuterline ini bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Jadi saya memilih mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi jarak jauh dari rumah ke kantor untuk bekerja setiap hari.  


Berdasarkan data Komite Penghapusan Bensin Bertimbel tahun 2019 disebutkan bahwa 46 persen polusi udara di Jakarta berasal dari sektor transportasi. Jumlah kendaraan bermotor dua mencapai 13,3 juta dan roda empat naik mencapai 3,5 juta. Jakarta mengkonsumsi sekitar 70 persen bahan bakar bila dibandingkan dengan Jawa Barat dan Banten. 


Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktifitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklmim alami pada periode waktu yang dapat diperbandingkan. 


Mengutip dari webisite Ditjenppi Kementerian Lingkungan Hidup, komposisi atmosfer global yang dimaksudr adalah komposisi materia atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang terdiri dari karbondioksida, nitrogen dan sebagainya. Nah, Gas Rumah Kaca ini yang dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. 


Namun ketika konsentrasi gas rumah kaca semakin meningkat maka lapisan atmosfer jadi lebih tebal dan dampak panjangnya bisa peningkatan suhu bumi atau disebut dengan pemanasan global. Menggunakan commuterline bisa menjadi langkah nyata yang saya lakukan sebagai bentuk gerakan perubahan iklim untuk mengurangi emisi. 


Tips Naik Commuterline di Masa Pandemi 


Karena komitmen saya untuk naik commuterline sebagai bagian dari mengurangi emisi rumah kaca yang untuk mengurangi dampak perubahan iklim, saya berusaha untuk tetap nyaman menggunakan commuterline di masa pandemi. Pertama-tama, menurut saya kita harus menggunakan pakaian yang nyaman sehingga saat naik commuterline jadi lebih menyenangkan. 


Kedua, tetap menggunakan masker medis. Menggunakan masker merupakan kewajiban bagi seluruh pengguna commuterline. Dengan menggunakan masker, ini juga mengurangi resiko rentannya terkena covid. Gunakan masker yang maksimal mampu untuk melindungi diri dari paparan virus covid. 





Agar nyaman naik commuterline, sebaiknya juga menjaga jarak. Memang seperti yang saya katakan agak susah gampang untuk terapkan jaga jarak di commuterline ketika penuh. Tapi misalnya jika kursi panjang hanya boleh diisi empat orang maka terapkan itu. Sebaiknya juga tidak ngobrol di dalam commuterline karena bisa memunculkan kerentanan terkena covid. Satu yang tentu juga penting adalah harus vaksin covid sebelum naik commuterline. Saya sudha vaksin booster dan merasakan manfaat dari vaksin covid. Sebelum masuk stasiun, jangan lupa juga untuk scan barcode aplikasi Pedulilindungi


Nah, kira-kira itu cara saya naik commuterline untuk menjaga bumi menjadi lebih baik. Kalau teman-teman, apa yang dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim ? Yuk kita wujudkan #UntukmuBumiku dan menjadi bagian dari #TeamUpforImpact ! 

10 nhận xét

Avatar
Okti Li 20:07 15/4/22

Menggunakan angkutan umum memang sudah lama dicanangkan pemerintah ya, meski untuk masyarakat di perkotaan. Kalau di pedesaan seperti tempat saya ga ada angkutan umum, kecuali ojek. Angkot saja belum ada angkutan resmi, kecuali kendaraan jarak jauh antar kecamatan dalam kota yaitu elf
Di sini kalau gak naik motor sendiri atau ojek malah ga bisa kemana-mana. Bisa jalan kaki, tapi buruh waktu lama

Reply Delete
Avatar
Siti Faridah 21:44 15/4/22

Aku belum pernah naik commuterline. Baca postingan ini jadi pengen naik commuterline. Btw, murah banget ya ternyata ongkos naik commuterline. Ongkos naik commuterline ternyata sama dengan ongkos naik bus TransJateng.

Reply Delete
Avatar
Yuni Handono 04:49 16/4/22

Betul juga mbak kalau naik commuterline sama halnya dengan menjaga bumi karena mengurangi polusi udara. Kalau kita bawa kendaraan sendiri atau naik taksi online dan sebagainya malah menimbulkan polusi dan boros biaya. Memang ada plus minusnya ya naik commuterline ini tapi sebisa mungkin harus kita minimalisir supaya nyaman.

Reply Delete
Avatar
Sovi Nur Wakhidah 07:56 16/4/22

Dulu pas aku kuliah di Jakarta, Commuterline jadi transportasi andalan, Mbak. Alasannya sama, karena lebih murah, cepat, dan anti macet. Makin senang aku pas tahu kalau naik KRL bisa mengurasi emisi gas rumah kaca.

Reply Delete
Avatar
Ida 07:58 16/4/22

wah iya ya naik angkutan umum memang murmer dan mengurangi kemacetan. Commuterline bisa jadi solusi karena lebih nyaman sayang belum merata keberadaannya.

Reply Delete
Avatar
Jeanette Agatha 08:39 16/4/22

Aku juga klo uda di Jakarta lebih nyaman pakai KRL, mbak. Soalnya rumah adeku di Tangerang, klo ke Jakarta lbh enak KRL lbh murah, cepat, dan nyaman juga 😍

Reply Delete
Avatar
Dian Radiata 09:37 16/4/22

Semoga maayarakat khususnya yg tinggal di kota2 besar lebih peduli lingkungan dengan memilih menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi ya, mbak..

Reply Delete
Avatar
lendyagassi 10:21 16/4/22

commuterline memang diciptakan untuk menjangkau daerah-daerah strategis di Jakarta ya, kak Alida.
Hanya terbayang kalau kantornya tidak dekat dengan stasiun commuterline. Namun, dengan semangat menjaga bumi dan banyak keuntungan naik commuterline, diantaranya tidak macet dan gak capek nyetir sendiri juga lebih hemat, memilih moda tranportasi massal yang satu ini menjadi idola.

Reply Delete
Avatar
Nabilla DP 11:05 16/4/22

temen2ku yang di jakarta juga banyak yang suka naik commuter, mba. dulu pas aku ke jakarta juga keliling naik commuter deh.. kalau di surabaya sini juga ada tapi jamnya terbatas banget

Reply Delete
Avatar
Nặc danh 01:45 27/4/22

Pokoknya naik commuter line the best deh buat ke Bogor, Jakarta, Bekasi, sampai Rangkasbitung. Biaya murah, cepet dan bebas polusi. Kereta mulai agak padet nih walaupun pandemi masih ada, dari kitanya aja yang mesti lebih berhati-hati lagi.

Reply Delete