Kenali Bakat Anak karena Pintarnya Beda

Blog ini berisi tentang kisah perjalanan, catatan kuliner, kecantikan hingga gaya hidup. Semua ditulis dari sudut pandang penulis pribadi

Kenali Bakat Anak karena Pintarnya Beda

“Loh kok anakmu belum bisa baca? Anaknya si A seusia gitu udah lancar banget loh membaca”
“Ngomong kok masih belum jelas ya? Coba tanya Ibu B kok anaknya kalau ngomong lancar banget”

Pernah nggak teman-teman mendengarkan hal ini? Pasti pernah ya. Saya juga pernah mengalami saat anak saya, Ayyas, dibandingkan dengan teman atau saudara seusianya. Waktu itu, Ayyas belum mahir ngomong. Kalaupun ngomong ya cadel sehingga banyak yang menanyakan kenapa Ayyas seperti itu. Awalnya saya capek juga menjelaskan mengapa Ayyas belum lancar ngomong. Tapi akhirnya saya biasa saja menghadapi pertanyaan itu. Selain itu juga, saat Ayyas belum bisa membaca, menulis dan berhitung, banyak yang membanding-bandingkan Ayyas dengan anak lainnya. Padahal saya dan suami berkomitmen bahwa anak-anak tidak wajib bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung) kalau belum masuk Sekolah Dasar (SD).
 
Lucu ya posenya. Ehem. Photo : Iffahsari Musrifah
Dan kami pun memilih SD yang tidak mewajibkan anak tes masuk sekolah dengan tes calistung. Saya dan suami paham bahwa setiap anak memiliki minat dan bakat masing-masing. Alhasil, kini Ayyas sudah mampu membaca dan menulis sejak kelas 1 SD, walaupun awalnya terbata-bata. Tak hanya itu saja, Ayyas sudah mulai menunjukkan bakatnya di bidang kreatifitas. Dia senang sekali menulis surat untuk orangtua dan kakak-kakaknya. Ayyas juga diam-diam membuat tas, tempat handphone dengan kreatifitas sendiri. Setiap anak memiliki bakat dan minat masing-masing kan?

Clozette Gathering with Parenting Club
Untuk tahu lebih banyak tentang perkembangan anak, pada Rabu, 24 Mei 2017 saya di undang untuk menghadiri Clozetters Gathering with Parenting Club di Restoran Gastromaquia Jalan Ciniru I No 1, Senopati, Jakarta. Saat datang, di lantai satu ada meja registrasi dan disampingnya (tepatnya di bawah tangga), ada sebuah kursi putih yang disampingnya di hiasi bunga-bunga dan lampu kelap-kelip. Saya tentu tak melewatkan kesempatan untuk berfoto di sana dengan beberapa pose.

Di lantai 2, ada beberapa blogger yang telah datang mengenakan dress code yang white with touch of gold. Tak hanya busana yang digunakan saja, tapi seluruh ornamen dan perabotan yang digunakan di ruangan itu adalah white with touch of gold. Perpaduan yang bagus.


Sekitar pukul 14.30 WIB, acara dimulai dengan menghadirkan dua narasumber yakni Rosdiana Setyaningrum (psikolog) dan Herfiza Novianti (seorang model dan juga istri artis Ricky Harun). Awalnya Herfiza menceritakan bagaimana kesehariannya mengurus dua anak yakni Mikaila Akyza Pratama dan Athaya Akyza Pratama.   Salah satu anaknya misalnya anak pertama misalnya dimasukkan ke dalam club balet bukan karena ingin sang anak menjadi balerina. “Tapi lebih sosialisasi dengan teman seusianya,” katanya lagi. Sedangkan anak bungsunya diajarkan cara mengantri sehingga anak juga belajar sosialisasi.
 
Herfiza menceritakan tentang anaknya
Talkshow kemudian dilanjutkan dengan pemaparan Rosdiana Setraningrum. Menurut Rosdiana, mengurus anak memiliki tantangannya tersendiri. Namun meskipun memiliki tantangan, mengurus anak membuat orangtua bahagia. Dan untuk mencapai kebahagiaan dalam mengurus anak, oragtua harus mengetahui kepintaran anak masing-masing.

Dulu, kata Rosdiana, anak yang dikatakan pintar adalah anak yang selalu rangking 1 di sekolah dan bercita-cita menjadi dokter. Padahal anak memiliki kepintaran yang berbeda-beda. Ada delapan kepintaran anak yang terdiri dari :
Word smart
Number smart
Picture smart
Music smart
Body smart
People Smart
Self Smart
Nature Smart
 
Pemaparan materi oleh Rosdiana
“Jadi kita sebagai orangtua harus tahu anak pita itu pintarnya dimana,” ungkap Rosdiana. Orangtua harus tahu kelebihan anak sehingga anak pun menjadi bahagia. Misalnya tidak memaksa anak menjadi dokter padahal anak tak memiliki kelebihan di bidang itu. “Kasihan juga anaknya kalau orangtua memaksa,” ungkapnya. Selain itu, cara berkomunikasi dengan anak pun berbeda-beda berdasarkan fisik dan umur. Rosidana kemudian menjelaskan satu persatu tahapan dalam mengurus anak sesuai usia.  

Tahapan Perkembangan Usia 2-6 tahun
Pada usia ini, cara berkomunikasi dengan anak harus berbeda. “Jangan cerita ke anak usia ini kalau sudah gede harus jadi dokter karena anak nggak mudeng,” katanya lagi.  Anak lebih mudah menggunakan simbol dan binatang daripada menggunakan manusia. Selain itu, pada usia ini sebaiknya dihindari menggunakan kata ‘jangan’ karena hal itu memicu sang anak untuk semakin melakukan yang dilarang. Pada anak usia 6 tahun baru kemudian dijelaskan alasannya. Mengajarkan anak berhenti di usia ini tak terlalu penting. “Ngapain juga anak sekecil itu belajar angka,” katanya.  
 
Ada yang serius mendengarkan pemaparan materi 
Otak kanan anak berkembang hingga usia 5 tahun sehingga sebagai orangtua harus selalu berupaya untuk mengembangkan perkembangan otak anak. Pada usia ini, anak harus lebih banyak melakukan aktifitas fisik karena aktifitas fisik sangat berguna bagi anak. “Anak lebih baik diajarkan cara menangkap bola lebih dulu dibandingkan diajarkan menulis,” kata Rosdiana. Motorik kasar anak, harus dikembangkan lebih dulu dibandingkan motorik halus anak. Rosdiana juga mengatakan bahwa anak pada usia ini sangat konservasi karena menganggap sesuatu yang jumlahnya banyak tapi nilainya sedikit lebih baik daripada jumlahnya sedikit tapi nilainya banyak. Misalnya 10 lembar uang Rp 1000 dianggap lebih baik daripada selembar uang Rp 10000. “Jadi kalau kasih hadiah ke anak nggak usah mahal-mahal. Tapi cari yang murah tapi jumlahnya banyak,” ungkapnya lagi. Anak pada usia ini juga lebih berpikir egosentris yakni menganggap apa yang ia suka akan disukai oleh semua orang. Misalnya ketika anak menyukai biskuit maka dia akan mengganggap semua orang juga suka biskuit.
 
Suasana gathering

Otak menurut Rosdiana berkembang melalui tiga tahap yakni :
Batang Otak : Misalnya saat bayi diangkat maka bayi akan secara refleks akan mengangkat kakinya. Setelah anak secara fisik baik maka akan ke tahapan emosi.

Otak Emosi : Pada tahapan ini, anak dibiarkan untuk explore dan mencoba berbagai hal. Semakin anak dibiarkan untuk mencoba maka anak akan merasa ‘aman’ secara psikologi dan semakin mandiri dan percaya diri.

Korteks : Anak memiliki kemampuan untuk semakin percaya diri  
 
Suasana gathering
Stimulasi Otak dengan Pola Asuh yang Tepat
Bagaimana cara agar stimulasi otak dengan pola asuh yang tepat agar anak berkembang sesuai usianya?. Hal utama adalah memberikan cinta dan perhatian. Cinta, kasih sayang dan perhatian sangat diperlukan oleh anak. Adanya perhatian, ketertarikan dan lingkungan yang penuh kasih sayang akan membuat pola asuh anak akan tercipta dengan baik. “Orangtua harus menerima anak apa adanya. Berikan kasih sayang kepada anak,” kata Rosdiana.

Apabila cinta dan perhatian diberikan kepada anak maka anak akan berpikir efisien dan penyelesaian masalah akan terlaksana dengan baik. Tak hanya itu saja, anak juga akan memiliki tingkah laku serta kemampuan belajar yang lebih baik. Tiga faktor yang juga mendukung agar stimulasi otak terjadi dengan maksimal yakni olahraga, cukup tidur dan creative play. Olahraga sangat dibutuhkan untuk anak apalagi usia hingga 5 tahun sanagt membutuhkan gerak. Selain itu, anak juga diwajibkan untuk tidur 8 jam sehari sehingga emosi anak lebih terkontrol dan hasil belajar yang lebih baik serta mengurangi masalah perilaku. Tidur malam, katanya lebih baik karena cukup tidur malam maka akan memperbaiki sel-sel dalam tubuh.  

Orangtua juga sebaiknya mengajarkan anak tentang creative play dengan cara role play dan free play. Role play bisa dilakukan dengan belajar masak-masakan atau belajar profesi sehingga anak semakin mahir bersosialisasi dan bertambah pengetahuan sosialnya. Sedangkan untuk free play, anak dibebaskan untuk bergerak sesuai usianya. “Kurangi penggunaan gadget karena di bawah usia 5 tahun maka maksimal hanya 1 jam sehari penggunaan gadget (termasuk menonton televisi) kepada anak,” kata Rosdiana. Stimulasi otak juga dapat dilakukan melalui musik, menggambar atau mengajak anak ke museum. Jika hal ini dilakukan maka akan ada percapaian akademik yang maksimal serta menyeimbangkan otak dan anak mudah fokus.  
 
Terima kasih atas undangannya :) 
Setelah semua materi tersampaikan dengan lengkap dan baik, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi makan dan foto bersama. Secara keseluruhan, saya mendapat banyak sekali informasi tentang perkembangan anak karena proses penyampaian informasi sangat informatif dan disajikan dengan penuh semangat.

Bagaimana cara teman untuk mengembangkan kemampuan anak?




64 nhận xét

Avatar
Eni martini 09:36 28/5/17

Iya bener ya,adik kakak saja tidak sama, tapi semua anak cerdas tinggal gimana kita membimbingnya

Reply Delete
Avatar
Ani Berta 10:25 28/5/17

Keunikan dan kelebihan anak bisa jadi potensi dan jangan biarkan anak jadi tidak pede karena orang tua sering membandingkan dengan anak lain.
Ulasan yang keren Mba.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 07:53 30/5/17

Kadang orangtua nggak sadar mba membanding-bandingkan. HIhii. Khilaf :p
Makasih mba

Reply Delete
Avatar
Ucig 11:07 28/5/17

Hai mbaaa 😁 aku brasa ada aja yg salah ketika aku dtg event parenting atau baca buku parenting... Makin bnyk belajar Juga. Seneng bgt bisa diundang acara ini ^^ moga bisa jumpa lagi yaaa

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:08 30/5/17

Semakin belajar semakin ngerasa kurang banget ya mba :)
Alhamdulillah bisa ketemuan ya mba :)

Reply Delete
Avatar
tutyqueen 11:20 28/5/17

iya mbak sering dengar para ibu yang membandingkan anak-anaknya padahal masing-masing anak pintarnya beda ya..itu yang harus dipahami semua ortu karena pada dasarnya semua nak pintar

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:09 30/5/17

Bener. Semua anak pintar mba Tuty :)

Reply Delete
Avatar
alia fathiyah 14:14 28/5/17

Alida kalo nulis kece dehh, materi yang kemarin dikasih mbak Rosdiana udah dipake di rumah euy..acaranya bermanfaat banget, semoga diundang lagi *ngareptothemax

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:09 30/5/17

Aih jadi malu. Hihihi
Aih asyik bnaget bisa langsung diterapkan ilmunya ya mba Alia. Aamin. Moga kita ketemuan lagi yaa :*

Reply Delete
Avatar
Ifa musyrifah 10:00 29/5/17

Yeay! Makin kaya ilmu, dapet cerita pengalaman baru, sama nambah temen ya kak. Jadi tiap anak beda beda yah pinternya. Thanku for coming! :)

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:09 30/5/17

Asiik. Terima kasih juga undangannya :)

Reply Delete
Avatar
BungaBungaAn 10:47 29/5/17

Bener banget tuh, di kasih mainan harga 10rb sama 100rb, senengnya sama aja 😂

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:10 30/5/17

Hahhahaaa emaknya ngirit juga mba :p

Reply Delete
Avatar
Kurnia amelia 11:29 29/5/17

Kecerdasan anak itu beda'beda ya,,beda anak beda pintar 😄

Reply Delete
Avatar
Lia Lathifa 14:24 29/5/17

dulu sebelum ngerti kalo kecerdasan itu byk tipenya mmg agak kecut ya kalo anak dibilang gak pinter karena nilai raportnya jelek, kalau skrg ah biarin aja pasti tetep pinter di ketrampilannya :-)

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:11 30/5/17

Nah, anakku ya ketrampillannya juga diasah nih :)

Reply Delete
Avatar
HendraDigital 15:59 29/5/17

Very nice sharing mba. Saya jadi tau kalo sebaiknya motorik kasar anak sebaiknya didahulukan ketimbang motorik halusnya...

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:11 30/5/17

Terima kasih, mas. Aku juga baru tahu pas kemarin datang ke acara. Hihihii

Reply Delete
Avatar
Liswanti Pertiwi (PenaLiswanti) 16:06 29/5/17

Informasinya ngena banget neh mba. TFS ya

Reply Delete
Avatar
Adriana Dian 19:59 29/5/17

Sama kaya aku mak Lida, penganny anak bener-bener belajar baca tulis pas SD aja, etapi gimana ya tuntutan SD negeri sekarang paling nggak minimal anak-anak udah bisa baca.. Jadinya mau nggak mau ya kita mesti ngajarin merekabaca sebelum SD.. Uhuhuuu

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 07:14 2/6/17

Hihiii. Kalau aku akhirnya milih sekolah yang tak menerima anak tes calistung, mba. Biarkan aja pas nanti di sekolah :)

Reply Delete
Avatar
Nurul Fitri Fatkhani 21:31 29/5/17

Betul Mbak, setiap anakpunya minat dan bakatnya masing-masing. Kita gak bisa menyamakan satu anak dengan anak lainnya. Sebagai orangtua kita perlu mengetahui bakat dan minat anak, lalu kemdian mengembangkannya.
Eh, desain interior tempat gatheringnya bagus ya,Mbak...

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 07:14 2/6/17

Iyapp bener mba. Tugas orangtua memang seperti itu :)

Reply Delete
Avatar
Herva Yulyanti 22:00 29/5/17

nah ummi kita memang selalu sehati n sepemikiran pantaslah klo kita dulu satu kamar *hahaha
aku juga sepakat anakku ga mau aku sekolahin tll dini dan ga mau menuntut dia bisa baca hitung nanti sajalah kalau SD, tp sayangnya malah menyalahkan aku mamaknya yang ga aware sama pendidikan begitu kata orang yg merasa pintar :D aku hny tersenyum saja pdhl dlm hati pgn blg "sotoy kalilah org ini" :D hahha
Btw acaranya keren meski aku ga ikut tp aku beruntung sll ada blogger yang menuliskan reportaseny spt ummi :*

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 07:23 2/6/17

Hahhaa yang sabar ya. Wes kita kan orangtuanya, jadi kita tahu yang terbaik buat anak

Reply Delete
Avatar
Nova Violita 22:32 29/5/17

anak yg lahir satu perut aja berbeda apalagi sama anak tetangga
.hahhaha..suka sebel sama org yg ngebandingin anak kita ama yg lain..

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:10 2/6/17

Nah itulah. Masih banyak sih ya mba suka membanding-bandingkan. Aku juga kadang khilaf. Hihihi

Reply Delete
Avatar
Meriskapw 04:49 30/5/17

Persis mbak, anakku sekarang nih udah mulai dituntut kudu bisa ngaji.. trus yg kena sasaran aku ibunya yg notabene lebih sering ma dia. Sebel deh, orang lain suka rempong, padahal kita ortunya sendiri, santai-santai aja.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:11 2/6/17

Mungkin tidak dengan memaksa anak ya mba. Tapi disampaikan secara perlahan :)

Reply Delete
Avatar
Desy Yusnita 08:10 30/5/17

Ga jamannya nuntut anak harus bisa semuanya y mba. Setiap anak unik dan punya keahliannya masing2. Dan ga harus jadi juara juga

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:12 2/6/17

Karena masing-masing anak berbeda :)

Reply Delete
Avatar
Okti Li 08:25 30/5/17

Fahmi dalam usia 4 tahun lagi masa masanya bereksplorasi. Kalau kewalahan saya suka kebablasan melarang dengan: JANGAN.
Besok2 kudu direm nih larangan itu...

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:13 2/6/17

Keceplosan ya teteh Okti. Hihihi

Reply Delete
Avatar
Nyi Penengah 09:05 30/5/17

Mba makasih banyak buat ilmunya, meski ga menyaksikan langsung aku bisa menyerapnya. Buat bekal kalo punya anak nanti nih. Masing-masing anak emang punya kemampuan yang beda dan tingkat belajarnya bertahap.

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:13 2/6/17

Iya mba. SMoga ilmu ini berguna ya mba :)

Reply Delete
Avatar
www.faradiladputri.com 10:07 30/5/17

Noted mbak! Aku ketinggalan info event ini sih hiksss. Padahal pas banget sama yg aku pengen pelajari buat anakku. Makasih yaaa hehe

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:13 2/6/17

Iyaa mba. Semoga berguna ya ilmunya mba

Reply Delete
Avatar
Nefertite Fatriyanti 10:32 30/5/17

Pintarnya beda, nice quote, tiap anak memiliki keunikan masing-masing ya mab

Reply Delete
Avatar
felyina 11:19 30/5/17

Seru ya gatheringnya. Aku dan suami sebisa mungkin tidak membanding-bandingkan anak. Tapi kadang keluarag dan kerabat itu lho, suka banding-bandingin. Udah gitu ngomong di depan anaknya. Lalu berlanjut dengan memberi saran-saran (yang sebenernya tidak tepat)supaya anak kita sama 'hebatnya' dengan anak lain. Ish....

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:14 2/6/17

Kalau ngomong di depan anak itu yang kasian anaknya ya :)
Itulah mba. Masih banyak yang seperti itu dan saya pun sering khilaf juga

Reply Delete
Avatar
Rahab Ganendra 12:48 30/5/17

setiap anak punya keunikan yaaa, pinternya beda.... :)
tulisan bermanfaat, dan perlu dihadirkan tulisan semacam ini. nuhun

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:15 2/6/17

Terima kasih sudah mampir mas Rahab :)

Reply Delete
Avatar
deddyhuang.com 22:45 30/5/17

Acara emak-emak emang seruuuuu pas kumpul bahas parenting pasti topiknya selalu beragam ya mbak

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:18 2/6/17

Iya koh. Yuk sekali-skali ikut. Hihihi

Reply Delete
Avatar
Eni rahayu 03:54 31/5/17

Benar sekali. Anak memang butuh role play dan free play karna usia anak tenaganya berlebih

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:18 2/6/17

Iya. Kayak nggak ada capeknya ya mba

Reply Delete
Avatar
Admin 08:48 31/5/17

Seru, ya? :D Benar sekali. Setiap anak berbeda. Justru jadi tidak bijak kalau kita memaksakan kehendak pada anak, ya?

Reply Delete
Avatar
zata 11:22 31/5/17

wah pas nih artikelnya buat anakku yang bungsu.. makasih ya mba Lidaa...

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:19 2/6/17

Alhamdulillah kalau bermanfaat ya mba :)

Reply Delete
Avatar
andi nugraha 12:11 31/5/17

Asik tuh di undang gitu ya, Teh. Aku seneng sama suasananya, tempatnya asik untuk diskusi sembari nunggu waktu ngabuburit ya..hehe

Kecerdasan ataupun kemampuan anak itu memang berbeda-beda ya, Teh. Aku sendiri kadang suka berfikir, terkadang anak disuruh ini, itu. Misalnya harus rajin ini, biar bisa ini. Anak sendiri biasanya suka cepat bosan, mungkin saja sedang mencari apa yang disukai :)

Aku pribadi belum tahu bagaimana cara mengembangkan kemampuan anak. Karena masih anak-anak..hihi Belum nikah dan belum tahu. Tapi aku jadi belajar nih dari tulisan Teh Alida, setidaknya tahu dan bisa mempraktekannya suatu saat nanti :)

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:20 2/6/17

Iya mas Andi. Kita elajari ilmu dlu ya jadi bisa langsung dipraktekkan setelah menikah dan punya anak. Tapi bisa juga dibagi info ini dan dilakukan kepada keponakan :)

Reply Delete
Avatar
ceritajengyuni 12:23 31/5/17

Betul mbak, satu kotak wayang isinya pasti berbeda, begitu pula dengan anak-anak kita pasti mempunyai perbedaan warak, prilaku dan bakatnya. Gak mungkin orang tua memperlakukan sama...thanks for sharing-nya mbak...

Reply Delete
Avatar
Rach Alida Bahaweres 08:21 2/6/17

Iya mba Yuni. Terima kasih ya mba Yuni :)

Reply Delete
Avatar
Febrianty Rachma 11:57 2/6/17

Ibu Rosdiana betul banget ya, kayaknya anak yang cerdas diidentikkan dengan anak yang ranking 1 duh (langsung makjleb disitu)secara kadang emak lebih suka anaknya ranking ya emang untuk mengukur kadar kecerdasan anak kita diatas rata-rata temannya. Duh duh jadi kesindir dirikuuuuu aarrrggghh

Reply Delete
Avatar
Ahmad 13:30 4/6/17

Emg masing2 anak pnya bakat yg berbeda

Reply Delete
Avatar
Leyla Hana 03:05 6/6/17

Wah pinternya Ayyash. Anak2 sekarang umur 4 thn aja udah harus bisa calistung, padahal belum dan gak harus. Semua berproses tergantung tumbuh kembang anak.

Reply Delete
Avatar
Jalan-Jalan KeNai 10:59 6/6/17

Saya suka gak nyaman kalau anak dibanding-bandingin seolah-olah perlombaan. Padahal mereka punya kecerdasan masing-masing :)

Reply Delete