Bagaimana cara mendidik anak agar cerdas dan kreatif ? Apakah pola asuh orangtua di Korea memainkan peran penting dalam kecerdasan anak ? Bagaimana Finlandia memiliki kualitas guru terbaik dan berdampak pada pengajaran ? Dan mengapa Finlandia dan juga Korea memiliki anak-anak yang cerdas serta bagaimana metode pembelajaran yang dilakukan ? Apa perbedaannya dengan pola pengasuhan dan pendidikan di Amerika Serikat ?
Semua jawaban atas pertanyaan itu terjawab setelah saya membaca buku setebal 388 halaman berjudul “The Smartest Kid in The World. Rahasia Anak-Anak Pintar di Dunia, Pola Asuh dan Sistem Pendidikan’ yang diterbitkan Tene Turos Indonesia. Buku ini memiliki 10 bab yang dibagi menjadi tiga bagian yakni musim gugur, musim dingin dan musim semi.
Buku yang ditulis oleh Amanda Ripley, jurnalis investigasi Majalah Time yang mengikuti Kim, Eric dan Tom, tiga anak remaja yang berpetualangan ke luar negeri selama setahun. Kim dari Oklahoma ke Firlandia, Eric dari Minnesota ke Korea Selatan dan Tom dari Pennsylvania ke Polandia. Amanda juga membuat survei pada ratusan peserta program pertukaran pelajar yang menceritakan pengalaman tinggal di Amerika dan luar Amerika.
Bagaimana menilai sebuah negara memiliki anak-anak terpintar ? Jadi pada tahun 2000, sebanyak sepertiga dari satu juta remaja di 43 negara duduk selama dua jam dan menghadapi tes PISA (Program for International Student Assessment), program penilaian untuk siswa internasional). Tes ini dikembangkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pengembangan. Hasil tes itu diumumkan setahun kemudian tepatnya 4 Desember 2001 di Paris. Finlandia menduduki peringkat pertama sebagai negara yang memiliki anak-anak terpintar.
Ada tiga kategori dasar negara yang paling sukses atau yang paling mampu berkembang. Pertama model utopia Finlandia yang mengembangkan sistem berdasarkan kepercayaan. Anak-anak bisa memiliki kemmapuan berpikir yang tinggi tanpa kompetisi berlebihan atau campur tangan orangtua. Model kedua adalah model tekanan tinggi yakni Korea Selatan yang mewajibkan anak-anak belajar sampai pemerintah mengeluarkan aturan jam belajar malam. Ketiga adalah model metamorfosis Polandia.
Mengapa Finlandia menduduki peringkat pertama ? Pada tahun 1970, para guru di Finlandia membuat catatan tentang apa yang mereka ajarkan jam per jam. Inspektur nasional sekolah membuat kunjungan rutin untuk memastikan para guru sudah mengikuti kurikulum pusat setebal tujuh ratus halaman. Pendidikan dianggap sebagai satu-satunya jalan yang bisa menyelamatkan negara dari ketinggalan. Orang Finlandia merasa untuk serius pada pendidikan mereka harus memilih guru berkualitas tinggi. Para guru dipercaya untuk membantu, mengembangkan kurikulum nasional, mengelola kelasnya sendiri dan bahkan memilih buku ajar sendiri.
Pada tahun 1960, perbandingan jumlah murid dan guru adalah 59:1. Bahkan hanya satu dari tiga anak Korea yang masuk sekolah menengah. Namun lebih dari lima puluh tahun kemudian, Korea berubah dengan memaksimalkan warganya menjadi sumber daya yang berpendidikan dan menghasilkan uang.
Terjadilah persaingan karena setiap anak harus memiliki skor ujian masuk perguruan tinggi harus di atas angka tertentu agar peserta dapat diterima di universitas terbaik. Kompetisi berubah menjadi sebuah tujuan tanpa adanya motivasi belajar. Anak-anak mengalami tekanan belajar karena harus belajar dan selalu belajar yang menyebabkan hilangnya semangat dan kurang tidur.
Orangtua juga memainkan peran penting dalam pendidikan anak. Namun cara mendidik orangtua di setiap negara berbeda. Orangtua di Korea berperilaku seperti pelatih. Orangtua di Korea terbiasa membayar guru untuk persiapan ujian sejak abad tujuh. Ujian pegawai negeri ada sebelum ditemukannya mesin ketik. Tapi tes penentuan pada praktiknya hanya dapat diikuti oleh anak-anak kalangan elit yang bisa membayar kursus pada masa itu.
Sebuah survey sederhana di tes PISA menunjukkan juga peran orangtua dalam kecerdasan anak. Ada satu pertanyaan yang diajukan yakni, bagaimana para orangtua membesarkan anaknya dan apakah mereka terlibat dalam pendidikan sejak anak masih kecil?
Hasilnya, orangtua dengan sukarela ikut kegiatan ekstrakurikuler anak teryata sang anak menunjukkan performa lebih buruk dalam hal membaca. Mengapa ini terjadi ? Teryata ketimbang orangtua aktif di sekolah, orangtua lebih baik mendiskusikan hal-hal yang bermanfaat sehingga anak berpikir lebih dewasa dan memberikan pengaruh yang baik kepada anak.
Jika semasa kecil dimanjakan dan diperlakukan sangat ketat, mereka akan tumbuh menjadi remaja yang tak berpengalaman dalam mengatasi kegagalan dan tak mampu mengontrol diri serta daya tahan. Padahal ini yang lebih penting dari kemampuan akademis. Dan ini yang dilakukan orang tua di Amerika yang cenderung memperlakukan anak-anaknya seperti bunga yang rapuh.
Orang tua di Korea jarang datang ke sekolah dan lebih banyak mendorong anaknya dari rumah. Mereka menganggap mendidik anak merupakan sebuah pekerjaan. Orangtua dengan tipikal pelatih ini tidak perlu punya banyak uang atau berlatar pendidikan tinggi. Dampaknya, anak Korea sudah harus menanggung ekspektasi tinggi dari orangtua mereka sejak masih sangat kecil. Sedangkan orangtua di Amerika lebih berperilaku sebagai pemandu sorak.
Bagaimana dengan Amerika ? Amerika boleh dibilang jauh tertinggal dibandingkan Finlandia. Skor Amerika berada di posisi dua puluh enam dunia, dibawah skor Finlandia yang berada di urutan ketiga dunia. Lemahnya kemampuan matematika anak Amerika juga terjadi bahkan pada anak-anak paling kaya sekalipun. Studi menunjukkan jika anak Amerika kelas tiga diberi soal yang lebih mudah dibandingkan anak dengan usia yang sama di Hongkong.
Fakta lainnya, orang dewasa Amerika tidak menyukai matematika dan menganggap matematika tidak penting untuk masa depan anak. Padahal hampir semua pekerjaan bagus menuntut kemampuan tinggi dalam matematika dan sains.
Tentunya masih banyak ulasan yang menarik tentang pengasuhan dan metode pengajaran anak yang kemudian menjadikan anak sebagai anak terpintar di dunia ? Baca ulasannya yang ditulis dengan detail dan komprehensif di buku ini.
waaaw jadi buku ini seperti merangkum rahasia-rahasia pola asuh orangtua di dunia ya Mba. Menarik sekali!! Banyak fakta-fakta yang mencengangkan juga buatku. Boleh nih bukunya masuk wishlist ^^
Reply DeleteIya mba aku juga mengagumi metode belajar dan pendekatan pada anak orang filandia ini. Metode mereka itu ramah anak. Jadi anak bisa belajar dengan bahagia dan punya motivasi belajar yang tinggi. Beda banget aku perhatikan anak anak di korea. Walau mereka pintar pintar tapi mereka pintar dengan tekanan baik dari orang tua dan dari pemerintah mereka sendiri ya sampai dilakukan jam belajar malam juga ama pemerintahnya
Reply DeleteMenarik banget sama fakta keterlibatan orang tua dengan kecerdasan anak. Saya pribadi merasa cukup dekat dengan anak-anak. Tetapi, seringkali masih harus terus belajar. Karena tetap aja menemukan sesuatu yang baru. Kayaknya saya wajib banget punya buku ini. Buatl pelajaran saya sebagai orangtua
Reply DeleteTiap2 negara punya ciri khas ya, dalam mengasah, melatih, menumbuhkembangkan bakat dan kecerdasan anak.
Reply DeleteFinlandia banyak dipuja2, tapi kurasa blm tentu cocok jg kalo diterapkan ortu Asia.
Tapiii, aku agak ngga sreg dgn metode ala KorSel, apalagi setelah lihat drakor "Sky Castle" dooohhhh ngeri bgt kalo lihat cara belajar (mayoritas) anak2 di sono.
masih penasaran gimana cara negara-negara di atas, terutama peran orang tuanya. Kalau dilihat, metode di Finland dengan Korsel beda banget. Berarti strategi di tiap negara enggak bisa langsung copas untuk diterapkan di Indonesia. Bisa aja ada bagian yang beda gitu, entah dari budaya atau mananya. Menurut Mbak Alida gimana metode pendidikan di Indonesia?
Reply DeleteDulu, sebagian masyarakat masih beranggapan hanya guru yang berperan mencerdaskan anak bangsa. Tapi kini orangtua juga wajib berperan aktif urusan anak2nya belajar baik itu online maupun offline. Kita harus mencontoh program2 belajar negara2 yang sudah maju pendidikannnya. Tentu disesuaikan dengankarakteristik, situasi dan kondisi di negara kita.
Reply DeleteKeren banget ini bukunya...jadi pengen baca sampe tuntas.. Tiap negara emang beda-beda ya karakternya untuk urusan pendidikan..Finlandia kayaknya emang masih panutan nomer 1 deh..
Reply DeleteSaya penasaran sam isi buku The Smartest Kids in The World. Baca resensi mba Alida jadi tergerak buat cari bukunya. Bisa jadi ilmu parenting juga ya
Reply DeleteFinlandia memang terkenal ya Ummi menjadi negara yang berhasil dalam dunia pendidikan. Diukur dari perolehan PISA diperingkat pertama itu, akhirnya finlandia menjadi contoh negara kita dalam menerapkan pendidikan pada anak. Tapi akhirnya kembali lagi ke pendidikan di rumah ya, keberhasilan anak belajar juga didukung oleh kehadiran orang tua dalam mendidik dan mendampingi anak belajar.
Reply DeleteUmmi jadi pengen baca deh buku ini. Bisa jadi referensi dalam meningkatkan mutu pendidikan kita ya. Yang baik kita ambil, yang kurang sesuai menjadi pengetahuan kita. Setiap negara tentu punya caranya dalam mengelola pendidikan warganya, dan kita bisa memetik hikmah dari cara mereka belajar juga ya.
Reply DeleteBener banget negara Finlandia itu bagus yaa guru-gurunya pun yang kompeten di bidangnya, kalo gak salah dulu pernah baca katanya untuk pengajar anak TK nya aja lulusan S2. Seneng banget gurunya yang mengembangkan kurikulum dan mencari buku ajar nya sendiri, jadi lebih leluasa ya untuk menyeriuskan pembelajaran anak rasanya karena ada keterikatan yang lebih
Reply DeleteBuku keren nih bagus buat para orang tua sebagai panduan mendidik anak-anaknya. Jadi pengen baca buku ini....
Reply DeleteFinlandia kerena banget nih menganggap pendidikan sebagai satu-satunya jalan untuk menyelamatkan negara dari ketertinggalan. Jadi setiap negara memang memiliki pandangan tersendiri tentang cara melahirkan anak-anak yang cerdas, ya, Mbak. Sama seperti setiap orangtua yang memiliki caranya masing-masing.
Reply DeleteTernyata orang tua yang turut serta dalam kegiatan ekstrakulikuler anak, kurang baik ya dampaknya, anka jadi kurang mandiri, makasih nih review-nya jadi tahu pola pendidikan dari berbagai negara
Reply Deletewah bukunya bagus nih buat parents belajar lagi and dapat insight soal mendidik anak yaa mba
Reply DeleteAku penasaran mengapa buku ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu musim gugur, musim dingn, dan musim semi oleh penulisnya? Apakah karena pembagian pengalaman yang dilakukan oleh tiga remaja dan menjadi subyek penelitian itu, penasaran dengan bukunya. Bisa dijadikan kado ya untuk pasangan orang tua yang baru memiliki baby
Reply DeleteAku setuju bahwa yang namanya orang tua harus mengajak anak berdiskusi. Kenapa? Selain memperkuat bonding juga bisa mengajarkan anak berpikir kritis.
Reply DeleteAku cari Buku The Smartest Kids in The World di gramedia Digital .. Pengen baa mengenai perbandingan pola pendidikan. Karena dengan membaca begini, kita bisa mengambil hikmahnya dan menjadikan pengalaman untuk para Ibu, sang pendidik.
Reply Deleteaku juga pengen nulis review buku ini, isinya memang bagus yah dulu malah aku nyangknya Amerika dengan pendidikan baik ternyata setelah baca buku ini justru Finlandia bahkan Korea yah yang baik
Reply DeleteBuku yang kereen! Kita jadi tau bagaimana pendidikan anak di negara lain, ya, Mbak. Sekaligus belajar dari pengalaman para orang tua itu saat mendidik anak mereka.
Reply DeleteSaya dari dulu salut dengan pendidikan di Finlandia, dan berharap anak-anak kita bisa merasakan pendidikan semacam itu.
Sebagai mommy rasanya kudu beli buku the smartest kids in the world biar tahu bagaimana cara mendidik anak agar tumbuh cerdas dan punya minat yang tinggi dalam belajar.
Reply DeleteBuku jendela ilmu. Saya sejak anak kecil berharap
Reply DeleteKeturunan saya pada hobby membaca supaya cerdasw
Wah aku baru tahu rahasia pola asuh beberapa negara di dunia yang terkenal maju dan memiliki SDM yang berkualitas. Kalau Korea sejak dahulu orangtua menuntut kemampuan yang maksimal dari anak-anaknya, ngak heran kalau tingkat depresi pada anak di Korea cukup tinggi. Wah jadi pingin punya bukunya, buat referensi dalam pola asuh anak.
Reply DeleteBuku yang menarik...
Reply DeleteMengomentari tentang pendidikan di Amerika, anak sulungku sempat elementary school di sana, sejak level kindergarten belum serius diajar calistung, tapi sosialisasinya, motorik, kebiasaan membaca dan kemampuan non akademis lainnya difokuskan. Kalau calistung memang dinomorsekiankan beda dengan di Asia dan di beberapa negara lainnya
Menarik banget sih membaca tentang berbagai pola asuh yang berhasil mencetak anak-anak terbaik dan cerdas
Reply DeleteBagus ini bukunya mb Alida. Semacam resume dari tipe2 pengasuhan dan kurikulum berbagai bangsa gitu ya. Mau beli ah bisa untuk nambah referensi untuk tesisku ini bukunya
Reply Deletekalau soal sistem pendidikan, negara2 skandinavia memang patut dicontoh ya mba. mereka tahu porsi kapan waktunya anak itu harus total main, lalu apda usia berapa mulai lebih serius belajar
Reply DeleteKorea ma Indonesia ini typical org Asia kyknya mirip2 deh, jd kyk push utk ranking dll. Yg namanya universitas atau sekolah juga ranking2an. Kalau org bule Amerika kyknya gak, maka bener, ortu lbh jd penyemangat gtu.
Reply DeleteCuma skrng nih kyknya Indonesia pun mulai gk terlalu mempedulikan kamu lulusan mana asal bisa kerja, walau ya blm semua.
Jd pengen baca bukunya jg hehe
Guru-guru, pengajar kehidupan, ini perlu mendampingi anak dengan metode pengajaran yang terbaik. Salah satunya dengan membaca dan menggali makna dari buku The Smartest Kid in The World.
Reply DeleteBelum punya bukunya i ni aku mba Lid, tapi bagus banget ya memberikan pengetahuan dan memberikan masukan untuk para orangtua
Reply DeleteAku yang baru liat ulasannya kayak gini jadi makin penasaran buat baca bukunya kak sepertinya sangat menginspirasi banget kak..
Reply Deletemenatik banget tema yang diangkat di buku ini ya mba. Aku pernah dengar memang kalau negara- negara Nordic unggul pendidikan dan kesejahteraannya. Anak-anakku pernya mengenyam pendidikan di NYC, AS selama hampir 5 tahun dan catatan penting yang aku dapat selama tinggal di sini dan observasi anak-anak adalah mereka begitu MENIKMATI sekolah mereka, meskipun dengan tugas dan aktivitas yang padat. Ngga ada drama nagnis2 ngga mau sekolah atau takut or else. Semangat bangun dari pagi, mandi, sarapan dan jalan kaki ke sekolah. That is something that we didn;t get in other places termasuk at home di Jakarta hehe
Reply DeleteJadi pengen baca bukunya Mbak, dan aku malah pengen nerapin yang metode belajar Finlandia, kayaknya juga lebih santai dan anak-anak kayak lebih bahagia. Kalau Korsel, anak kayak terbebani yak? Persaingan juga ketat gitu..
Reply Deletesepertinya menarik ya Mba, nanti aku mau coba rencanakan deh buku yang dibaca di tahun ini, semoga di gramedia Bengkulu ada deh. Terima kasih ulasannya ya Mba
Reply DeleteBuku yang cocok nih buar para orangtua, biar tahu bagaimana cara mengajar anak atau membekalinya ilmu.
Reply DeleteSetuju banget sih dengan gaya orangtua di Korea yang mendorong anaknya sekolah, belajar mandiri dan dewasa. Jadi, yang sekolah juga anaknya. Tidak perlu ditungguin seharian, malah anak jadi manja.
AKu jadi keinget drama korea Sky Castle dimana anak-anak genk konglo kudu jadi anak unggulan biar ga malu maluin ortu, kudu masih Seoul Univesity apapun yang terjadi, tapi yang ada anak malah membangkang, menghalalkan segala cara dan malah ortunya sendiri bunuh diri, edaaan. Tapi aku baru tau kalo anak amerika ga suka matematika, padahal startup dunia hits banyak darisana, programming keren banyak dari MIT, algoritma mereka terasah karena matematika yang baik jadi agak aneh kalo ga suka matematika karena sama pelajaran logika
Reply Delete