Suatu sore di hari Senin 4 Januari 2016. “Ummi,
nggak nyaman,” kata A kepada saya. “Nggak nyaman kenapa?,” saya balik bertanya.
“Gigi aku goyang. Kayaknya
mau copot,” katanya lagi. Saya buka mulutnya. Ada satu gigi yang di bagian
bawah yang goyang. Sebelum ke dokter gigi, saya telepon rumah sakit namun
berulangkali tak terhubung. Tetangga yang kebetulan dokter gigi sedang tidak bisa. A kemudian bermain bersama sepupunya yang kebetulan
datang. Saat makan, A makan soto dengan nikmat. Tak ada keluhan dia dengan
giginya yang goyang. Saya pun terlibat asyik mengobrol dengan mertua dan ipar
yang datang dari Kudus, Jawa Tengah dan yang dari Bekasi, Jawa Barat.
Tak lama kemudian, A datang
kepada saya sambil membuka mulutnya. “Ummi, gigi aku copot,” katanya. Suami
saya kemudian berkata agar A segera kumur-kumur dengan air dingin. Saya
menemaninya kumur-kumur di halaman belakang. Suami mengambil gigi A yang copot
dan kemudian melempar gigi itu ke atap rumah. “Katanya kalau gigi bawah di
lempar ke atas,” kata suami. Aih, ada-ada saja ...
Gigi A bukan kali ini saja
copot. Tapi ini gigi ke empatnya yang copot. Gigi pertama yang copot adalah
gigi bawah. Saya mengantarnya cabut gigi di dokter gigi yang kebetulan
tetangga. Dokter gigi yang menangani Ayyas bernama bu Laura. Bu Laura meminta
saya untuk membeli ice cream agar
bisa dikonsumsi usai cabut gigi. Saat
menemaninya cabut gigi, saya menutup mata saya dengan jilbab. Ayyas duduk di
kursi untuk cabut gigi tanpa saya temani. “Tenang, bu. Nggak sakit kok,” kata
bu Laura. Bu Laura malah menasehati saya bukan A yang saat itu akan dicabut
gigi. Mungkin tahu, saya yang ketakutan daripada A. Hihii.
Cabut Gigi Pertama Kali |
Kurang dari lima menit,
gigi A sudah dicabut. Dia tertawa menunjukkan giginya yang ompong satu. Usai
kumur-kumur, dia pun memakan ice cream
yang tadi saya beli. Saya pun lega. Gigi kedua pun di cabut di bu Laura.
Giginya dicabut tanpa saya temani. Namun ditemani Mba Yani, pengasuh A yang
telah bersama kami selama enam tahun. Hmm, tapi sekarang Mba Yani sudah tak bersama
kami.
Kala itu, saat dicabut, saya di
kantor. “Nanti saja, tunggu ummi pulang kantor saja,” kata saya. “Nggak usah
ummi, aku bisa,”kata A lagi. Baiklah, mungkin dia tahu kalau umminya ketakutan.
Pulang kerja, A menunjukkan giginya yang copot. Saya pun memeluknya. Nah, gigi
ketiga copot secara tak sengaja. Ini karena jari saya!
Loh kok? Iya, memang benar
karena jari saya. Ceritanya, gigi itu memang sudah goyang. Sudah waktunya
diganti dengan gigi yang lebih kuat. Saat itu saya meminta Ayyas untuk tidur. “Hayuk
tidur, biar ummi peluk,’ kata saya sambil melebarkan tangan bersiap memeluknya.
Tapi, jari telunjuk saya terkena giginya yang copot. “Ummi ....,” kata A. Saya
lihat giginya. Wah, giginya copot! Dia pun bergegas kumur-kumur dengan air
dingin. Tak banyak darah yang keluar.
Ya, gigi A copot karena
memang sudah waktunya. Giginya tidak hitam. Mungkin karena jarang makan permen
dan sering sikat gigi. Saya bersyukur. Saya takut ia sakit gigi karena saya
sendiri takut sakit gigi. Di sekolah, setiap kali makan siang, diwajibkan untuk
sikat gigi. Jadi, kesadaran buat sikat gigi sudah ditanamkan sejak kecil. Mulai
dari rumah dan juga dilakukan di sekolah.
Bagi saya, ada beberapa
cara untuk membantu anak selalu sehat. Ini yang saya lakukan selama ini :
1. Ajarkan pentingnya
sikat gigi sejak awal. Caranya bisa dilakukan melalui cerita, menunjukkan
gambar-gambar yang mendukung untuk menjaga gigi.
2. Tunjukkan bukti
langsung dampak jika tak mau sikat gigi. A saat kecil pernah tak mau sikat
gigi. Saya minta dia menutup mulutnya dan berbicara saat ia belum sikat gigi. “Iih,
bau,” katanya. Saya bilang kalau gigi bau kalau tak sikat gigi.
3. Jangan paksa tapi
ajarkan secara perlahan-lahan. Saya kuatir kalau dipaksa, anak malah akan
trauma untuk menggosok gigi. Harus telaten sih, tapi demi kebaikan.
4. Biarkan dia
memilih pasta gigi dan sikat gigi yang ia suka. Jika anak sikat gigi dengan
pasta gigi kesukaanya, anak akan termotivasi untuk menjaga giginya. Jadi,
jangan heran kalau dulu A punya beberapa sikat gigi dengan beraneka jenis. Tapi,
pilih juga sikat gigi yang memang nyaman dan aman untuk anak.
5. Kurangi konsumsi
permen dan coklat atau makanan yang bisa merusak gigi. Kalaupun sesekali tak
masalah, tapi jangan lupa untuk kumur-kumur dan sikat gigi. Oh ya, jika
mengkonsumsi susu formula setelah usia 2 tahun, berilah susu putih lebih baik
daripada susu coklat.
6. Cek selalu apakah
sudah waktunya mengganti sikat gigi atau belum. Biasanya diganti setiap tiga
bulan sekali
7. Pilih sekolah yang
mendukung anak untuk rajin membersihkan gigi. Jadi, anak semakin menyadari
pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Tujuh langkah di atas
selama ini membantu saya selama ini menjaga gigi A. Ya, selain karena untuk
kesehatan, juga sekali lagi, karena saya takut sakit gigi. Bagaimana cara anda
menjaga kebersihan gigi anda dan anak anda? :)
Cerita trntang gigi selalu bikin aku klik klik, maklum berencana perawatan
Reply DeleteMoga perawatannya lancar ya, mba. Jadi gigi makin sehat dan kinclong. Hihi
Reply Deleteaihhh saya doyan banget ke dokter gigi mbakk, ahahha. Iyaa, bener mbak dulu kalo gigi bawahku copot, juga kulempar ke atas genteng, biar cepet tumbuh, eaa ada-ada aja hihihi
Reply DeleteWaduh waduh. Teryata ada juga yang doyan ke dokter gigi. Hiihiii. Iya katanya juga biar cepat tumbuh. Hehhee
Reply Deleteanak-anak saya giginya sempat berantakan. Beberapa kali bolak-balik ke dokter gigi. Agak lalai saya untuk urusan gigi. Dan itu menguras dompet hehehe
Reply DeleteKatanya, kalo dewasa bakalan rapi lagi, mba :). Makasih :)
Reply DeleteSaya aja masih sering takut kalo ke dokter gigi. Padahal mah dokternya baik. Kalah deh saya sama Lil A
Reply DeleteIdem, mba. Terakhir aku ke dokter gigi pake obat bius di semprot. Berulangkali malah. Tetap aja saya nangis saking takut. Hihii
Reply DeleteWaah Ayyas pinter. Malah umminya yang takut yah, hehehe.
Reply DeleteBegitulah, mba Niar :)
Reply Deletehebat ih, mau ke dokter gigi tanpa ditemni umminya :)
Reply DeleteAlhamdulillaah, mbaa. Tapi tetap aja umminya pengen nemanin :). Makasih mba
Reply DeleteJd ingat masa2 anakku mulai copot giginya, 18 th lalu. Begitu dia lapor giginya goyang, saya lgsg bawa ke dr gigi, biar segera ditangani agar giginya tetap rapi. :)
Reply Delete7 langkahnya layak ditiru emak2 lainnya nih. :)
Iyaaa. Inginnya juga tetap rapi, mba Alaika :). Makasih sharingnya :)
Reply Deleteanak saya juga rajin banget sikat gigi, kalo ditanya apakah sudah sikat gigi atau belum dia langsung buru-buru ke kamar mandi untuk menyikat giginya sendiri walapun sebelumnya giginya sudah di sikat :)
Reply DeleteAih, jagoan banget tuh :). Pasti mamanya senang :)
Reply Deletegigi susunya yang copot yaa? hebat ya berani ke dokter gigi :)
Reply DeleteIyaa, mba Nur. Gigi susu yang copot :)
Reply DeleteAnak bungsuku pas giginya goyang mau copot takut banget, tapi setelah giginya beneran copot dia ketawa-ketawa hihi.
Reply DeleteSyukurlah ya malah nggak rewel. Kalau gigi aku goyang, aku malah nangis. Udah dicabut malah masih nangis :)
Reply DeleteJumat kemarin saya ke drg utk scalling.
Reply DeleteKt dokter, gigi sy pada abrasi. Skrg kudu rajin memperhatikan kesehatan gigi.
Hehe mamanya yg deg-degan ya.
Hallo, mba Pipit. Semoga giginya sehat-sehat saja ya. Iya, saya emang deg-degan :). Makasih
Reply DeleteKalo ngebaca ceritanya sih ayyas melewatinya dgn tanpa drama ya.. mudah2an anakku nti pas cabut gigi jg santai. Hehehe
Reply DeleteIya, mba. Umminya yang drama, mba :). HIhiii. Aamiin. Moga nanti si kecil juga nggak rewel pas waktunya cabut gigi :). Makasih, mba
Reply DeleteAnakku ga mau ke dokter gigi, jd giginya copot sendiri :D
Reply DeleteWaah .. moga kuat yaa giginyaa :)
Reply DeleteAnakku malah senang periksa gigi, beda sekali sama saya hehe.
Reply DeleteHihii iyaa ... Aku juga takut mbaa kalau ke dokter gigi. Hhehee
Reply Delete