Pernah merasakan antri panjang saat
beli tiket kartu harian berjaminan saat akan naik commuterline? Lalu, pas mau
bayar, teryata penjaganya nggak punya uang kembalian. Duh ribet kan?! Saya
mengalaminya pekan lalu, dan bukan sekali saya alami tapi beberapa kali. Saya
memang pengguna setia commuterline sehingga memiliki kartu pembayaran non tunai
(uang elektronik). Pernah juga karena hilang. Tapi kadang pagi saat buru-buru
ke kantor teryata saya baru sadar bahwa kartu elektronik saya tertinggal.
Alhasil saya harus membeli kartu
harian berjaminan di loket. Sialnya banyak yang juga antri membeli atau
mengembalikan tiket harian berjaminan. Setelah antri teryata saya baru sadar
kalau saya nggak ada uang recehan.
Hanya tersisa uang Rp 100 ribu di dompet. Padahal untuk perjalanan Pondok
Cina-Palmerah pulang pergi, hanya membutuhkan uang Rp 8000. “Apa nggak ada uang
pas?,” kata penjaga loket. Saya menggeleng. Saya lalu bertanya ke orang yang
antri di belakang saya. Teryata mereka pun tak ada uang kecil. Saya kemudian
keluar dari antrian dan menukar uang. Untungnya ada tukang ojek yang bersedia
menukar uang. Saya melihat jam tangan, sudah pukul 05.30 WIB. ‘Duh telat nih,”
pikir saya. Seharusnya saya sudah melakukan sepertiga perjalanan, tapi belum
juga berangkat dari stasiun tujuan. Saya kemudian antri lagi untuk membeli
kartu harian berjaminan. Sore hari sepulang kerja saya harus mengembalikan
kartu harian jaminan untuk mendapatkan uang jaminan. Lagi-lagi antrian terjadi
lagi.
Semua karena saya selalu membawa uang
elektronik yang merupakan kartu
pembayaran non tunai. Selama ini saya merasakan manfaat setiap kali
menggunakannya. Satu kartu untuk bermacam kegunaan. Uang elektronik itu saya
beli sudah lama dan selalu saya gunakan tak hanya naik commuterline saja. Saat
lebaran tahun ini, saya sekeluarga mudik ke Kudus, Jawa Tengah. Saya merasakan
betapa kemudahan dan kecepatan terjadi saat menggunakan uang elektronik. Saat
itu antrian terjadi pada jalur kendaraan pembayaran tunai. Nah karena saya
punya uang elektronik, mobil kemudian dikemudikan di jalur gardu tol otomatis.
Pembayaran tarif tol menggunakan kartu
lebih singkat, hanya sekitar 3 detik. Sementara transaksi tunai perlu 8 detik. Saat
musim mudik lebaran kemarin tentu antrian yang panjang bisa terhindar dengan
menggunakan uang elektronik. Kala itu, kami tap
in di pintu tol Cikarang Utama.
Pembayaran tol ini berlaku di semua gerbang tol GTO dan non GRO rute tol
Cipali. Rutenya adalah Cikarang-Palimanan, Cikarang-Purbaleunyi dan Palimanan
Purbaleunyi. Apalagi ada diskon 20 persen dari kartu elektronik yang kami
gunakan. Jadi, jika seharusnya membayar Rp 109 ribu namun hanya membayar Rp
87.200. Menggunakan kartu elektronik kala mudik teryata bisa mengurangi
kemacetan dan dapat diskon pula. Siapa yang tak senang?.
Lebih cepat pakai uang elektronik |
Uang
elektronik ini tak hanya saya gunakan saat naik commuterline dan di gardu tol,
tapi juga saat makan di restoran bersama keluarga. Terakhir, saya gunakan saat
makan bersama Papa, Suami dan Ayyas. Kebetulan kala itu saya tak membawa cukup
uang tunai di dompet dan saya memilih untuk menggunakan uang elektronik. Keluarga
senang, hati pun tenang.
Saya
memang pengguna setia uang elekronik. Awalnya saya menggunakan uang elektronik
saat commuterline tak lagi menggunakan karcis. Daripada saya harus sering antri
setiap kali masuk atau keluar stasiun, saya memilih menggunakan uang
elektronik. Awalnya saya hanya menggunakan uang elektronik untuk pembayaran
commuterline saja. Namun kemudian saya memilih menggunakan uang elektronik yang
menawarkan berbagai kemudahan dan dapat digunakan dimana saja. Ya seperti kartu
elektronik yang saya gunakan sekarang. Ini merupakan bentuk dukungan terhadap Gerakan Nasional Non Tunai!
Apabila
saldo di uang elektronik hampir habis, pengisian saldo biasanya saya lakukan di
minimarket atau stasiun kereta. Terkadang juga di Anjungan Tunai mandiri (ATM)
yang memiliki fasilitas untuk isi saldo uang elektronik. Setelah menggunakan
uang elektronik, saya merasakan keuntungannya. Dua diantaranya adalah :
Mempermudah dan mempercepat transaksi
Misalnya
saja saat akan menggunakan commuterline, saya tak perlu antre untuk membeli
tiket harian berjaminan terlebih dahulu. Jadi langsung tap in. Pas di tol pun jadi tak perlu antre karena pembayaran di
pintu tol cenderung lebih cepat. Bagi pengguna setia commuterline atau selalu
membawa kendaraan melewati tol sebaiknya menggunakan uang elektronik.
Uang elektronik sangat fleksibel
Dengan
menggunakan uang elektronik ini, saya langsug memasukkan anggaran khusus
penggunaan dana untuk commuterline atau juga dana cadangan. Maksimal dana yang
disimpan di uang elektronik Rp 1 juta. Uang elektronik ini juga bisa digunakan
siapa saja untuk keperluan keluarga.
Nah, agar
penggunaan uang elektronik menjadi nyaman, ada beberapa hal yang saya lakukan :
Cek Saldo
Saya
biasanya mengisi dana dengan jumlah tertentu untuk kebutuhan selama satu bulan.
Tapi saya juga rajin cek saldo di uang commuterline. Untuk penggunaan uang
elektronik dalam satu hari saya menghabiskan Rp 8000 untuk pulang pergi. Dalam
satu bulan berarti sekitar Rp 176 ribu untuk commuterline. Nah, pengecekan itu
saya sering lakukan sebelum tap in. Jadi, kalau dana kurang dari Rp 11 ribu, saya langsung isi ulang di stasiun
daripada terkena denda. Terkadang setiap tap
in dan tap out saya perhatikan
angka yang tertera untuk mengetahui berapa dana yang terpotong dan sisa
saldo.
Simpan Uang Elektronik di Gantungan ID
Uang
elektronik tidak menggunakan pin dan tak ada nama yang tertera di kartu. Jadi saya
menyimpannya di tempat yang kerap saya bawa kemanapun. Jadi sekarang saya
memiih memasukkan uang elektronik di gantungan id card. Jadi, kalau mau pakai
bisa langsung digunakan.
Uang
elektronik diterbitkan oleh bank dalam bentuk kartu prabayar. Desainnya
menarik. Bank penerbit itu diantaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berupa e-money, PT Bank Rakyat Indonesia yang
disebut Brizzi, PT Bank Negara Indonesia (Persero) dan PT Bank Central Asia Tbk
dengan nama Flazz.
Saat saya
membaca koran Kompas Minggu, 4 Desember 2016 saya baru tahu bahwa Bank Mandiri
juga menerbitkan uang elektronik yang bisa digunakan setelah mengunduh
aplikasinya di telepon seluser yakni e-cash.
Pada Januari-September 2016, kartu e-money yang beredar sebanyak 8,2 juta kartu
dengan dana mengendap Rp 386 miliar. Pada periode itu terjadi 264,5 9 juta
transaksi dengan nilai Rp 2,549 trilyun. Sedangkan untuk e-cash sampai dengan September 2016 sudah digunakan 1,7 juta
pengguna. Padahal setahun sebelumnya e-cash masih digunakan 444.986 pengguna.
Puas makan setelah membayar dengan uang elektronik |
Dibandingkan
negara-negara ASEAN, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang
dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah, sementara dengan kondisi
geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, masih terdapat potensi yang
cukup besar untuk perluasan akses layanan sistem pembayaran di Indonesia. Untuk
itu, Bank Indonesia bersama perbankan sebagai pemain utama dalam penyediaan
layanan sistem pembayaran kepada masyarakat perlu memiliki visi yang sama dan
komitmen yang kuat untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai oleh
masyarakat dalam mewujudkan LCS.
Kampanye Gerakan
Nasional Non Tunai (GNTT) gencar dilakukan oleh pemerintah. Kampanye ini
sebenarnya telah dilakukan pada Kamis 14 Agustus 2014 di Jakarta. Harapannya,
kampanye ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis dan juga
lembaga-lembaga pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran non tunai dalam
melakukan transaksi keuangan yang mudah, aman dan efisien.
Saya
mendukung Gerakan Nasional Non Tunai. Kamu juga kan?
Referensi
http://tabloidnova.com/Karier/Keuangan/Kenali-Kekurangan-Dan-Kelebihan-Uang-Elektronik-Yuk
Memang lebih enak ya, nggak perlu repot perkara kembalian,tapi bank ku ada nggak ya....
Reply DeleteHayuk di cek, mba Ratna :)
Reply DeleteWah, di Lampung udah bisa belum ya digunakan kayak gini?
Reply DeleteAsyik ya kalau sudah bisa digunakan di Lampung :)
Reply DeleteDuh mba alida. Kebayang udah susah antri terus harus keluar barisan dgn tangan hampa. Hikss. Saya juga pernah ketinggalan kartu multitrip dan memang jadi lebih kama..
Reply DeleteKesel banget mba Ira :)
Reply Deletedukung bangte beginian mah
Reply DeleteYuuk sama sama mendukung ya mba :)
Reply DeleteAku juga mulai cashless nih mba, bner gk sih istilahnya yaa hhee
Reply DeleteJadi buat naik busway sdh pakai emoney, kalo naek gojek paki gopay, tinggal sedia uang buat jajan2 ditmpat yg blm pakai uang elektronik.
Iyaa
Reply DeleteNggak bikin ribet mba :)
Aku penyuka alat bayar non tunai banget. Sayang di jogja penerapannya blm merata ntah krn sdm atau apa. pernah ada kejadian bikin bete. Udah top up flazz buat bayar bensin. Padahal di pomnya ada stand falzznya tp ditolak sm petugas. Ga bisa, cash aja katanya :(
Reply DeleteSemoga tak terulang lagi ya :)
Reply Deleteaku banget ni mak, malas bawa duit dalam dompet sukanya non tunai..lebih mudah dan kalo belanja nggak repot dengan unag kembalian yang nantinya diganti permen :D
Reply DeleteIh sebel kan kalau uang diganti permen
Reply DeleteAku juga suka pakai non tunai mba.. praktis dan aman!
Reply DeleteIyaa mba Indah :)
Reply DeleteSuamiku sempat 2 bulan di Jakarta bulan lalu tapi skrg udah tugas diluar Jkt lagi, norak banget cerita2 naik kereta & bus pake kartu hahahaah. Sempet salah2 pula.
Reply DeleteHihiii pengalaman yaa mba Lusi :)
Reply DeleteLebih simple dan mudah ya mba, tinggal tap aja hehe
Reply DeleteIya mba. Langsung bebas naik kereta ;)
Reply DeleteAku mendukung banget nih gerakan non tunai. Sekarang pakai tunai kalo cuma bebelian di pedagang tradisional kayak pasar atau warungan aja. Selebihnya udah gesek atau pakai m banking.
Reply DeleteAsyik nih aku bisa ditraktir mba Dewi. Hihii
Reply DeleteHidup jadi lebih simple dan ngak ribet yaaa
Reply DeleteYoaaaaaa
Reply Deleteiya mba aku belanja pakai non tunai biar cepat aja, trs ga bawa recehan apalagi kadang suka diminta sumbangan gak jelas, klo ditanya sumbangin ke mana, si mbanya ga bisa jawab, bikin malas.
Reply DeleteNah itu kan. Mending yang jelas aja yaaa :p
Reply DeleteAku anaknya juga sukanya cashless,hihi. Cashless lwbih ringkes dan aman.
Reply DeletePraktess bangeet yaa mba Lisna :)
Reply DeleteSmart money wave is my way, hehe.. Setuju mbak
Reply DeleteIya mba Rodame :)
Reply DeleteSaya sih dukung gerakan ini. Kalau bawa uang tunai, suka naronya sembarangan. Di celana, di tas, di mana-mana pokoknya. Banyak tercecer trus lupa
Reply Delete