Siapa bilang harta ga dibawa mati?
Dibawa
kok.. Manfaat dan pahalanya! ^_^
#Aksi-Bagi-Baju-Bekas-Berkah
#Pelosok-Dusun
#MCK-untuk-Dhuafa
#Aksi-Makan-Gratis
-Dhuafa
BismiLLAH..
Mohon
doa yaaa..
Pada
6 Maret, kami akan beraksi di Desa pojok klitih Kecamatan Plandaan. Tak
seberapa jauh dari kawasan wisata Cinet, Jombang. Menuju ke desa ini.. kami tak
membawa motor roda 3.. medan yang cukup berat. Kami membawa 1 mobil operasional
dan menyewa 1 pick up untuk membawa 400 lembar baju bekas layak pakai dan 1000
Porsi Bakso serta minuman.
****
Kalimat-kalimat
ini saya terima melalui pesan whatsapp di
telepon genggam saya. Pengirimnya adalah Yana Nurliana, Koordinator Rombong
Sedekah. Dari Mba Yana, saya mengetahui bahwa desa itu terdiri dari 14 Dusun
namun tak semua keluarga mampu memiliki WC. Dan tingkat kecelakaan jarena buang
air di pinggir sungai cukup tinggi apalagi bagi para pemula. Dengan adanya
kebutuhan tersebut, Mba Yana melalui Rombong Sedekah menggumpulkan dana dari
donator untuk digunakan membangun tiga hingga lima bilik WC yang direncanakan
dibangun.
Saya
mengenal Mba Yana setahun silam saat mencari informasi tentang profil kegiatan
islami untuk program Ramadhan. Dari pencarian itu, saya ketahui bahwa apa yang
dilakukan Mba Yana adalah bentuk kasih sayang yang ia berikan kepada sesama. Dari Mba
Yana, saya ketahui bahwa kasih sayang tak hanya diberikan kepada orang yang
kita kenal. Tapi juga bisa kepada orang yang tak kita kenal sekalipun. Sebuah bentuk kasih sayang tanpa syarat dan batas.
Ini
yang dilakukannya dan rombongannya saat menginisatif penggumpulan dana untuk
aksi jamaah jumat makan gratis. Setiap Kamis, ia selalu memberikan informasi
tentang nama mesjid yang akan menjadi tempat aksi makan gratis jamaah shalat
Jumat. Seperti yang ia lakukan pada Jumat, 4 Maret. Pihak Yana menggumpulkan
dana untuk kebutuhan 400 porsi untuk aksi di Mesjid Baitul Amin, Perak,
Jombang, Jawa Timur. Masjid ini berada di jalur provinsi yang banyak dilintasi
musafir yang singgah untuk shalat.
Aksi sedekah Jumat. Foto oleh Yana |
Ada
tiga aksi yang dilakukan Mba Yana sebagai bentuk kasih sayang kepada sesama.
Pertama adalah ‘Program Memakmurkan Mesjid’,’Perangi Riba dan ‘Program Sosial’.
Pada program ‘Memakmurkan Mesjid’ dilaksanakan dengan aksi resik mesjid hingga
memberikan aksi jumat makan gratis. Di program ‘Perangi Riba’ ada aksi bebaskan
hutang riba. Sedangkan pada ‘Program Sosial’ ada aksi baju bekas, aksi berah
rumah dhuafa hingga aksi terkait MCK (mandi, cuci, kakus).
Aksi
ini telah dilakukan sejak lima tahun lalu. Tepatnya saat ia pindah dari
Balikpapan ke Jombang. Awalnya ia melakukan aksi seorang diri. Lama kelamaan,
teman-temannya yang dari Balikpapan kerap memberikan amanah kepadanya. Awalnya
ia membagikan 100 kue setiap hari Jumat. Kemudian lanjut memberikan 100 kotak
kue. Kemudian meningkat menjadi 100 kotak makanan berat. Aksi ini berlanjut
menjadi membuat ‘rombong makan’ (gerobak) makanan gratis. Sampai sekarang, aksi
ini ia lakukan berpindah-pindah. Dari satu mesjid ke mesjid lainnya. Baginya,
memberi makan orang lain membuat kebahagiaan padanya begitu nyata. Dari sinilah
ia mulai melakukan sedekah Jumat untuk memuliakan sedekah kepada sesama.
Beraneka makanan disediakan. Foto oleh Yana |
Kepada
saya, ia mengatakan latarbelakang awal aksi adalah untuk memakmurkan mesjid.
Itulah mengapa, lebih banyak kegiatan yang dilakukan di mesjid. Ia ingin,
banyak masyarakat yang ke mesjid sehingga mesjid menjadi lebih ‘hidup’. Saat
awal aksi, ia mengatakan kerap kali dituduh melakukan kampanye untuk jadi
lurah. “Teryata susah memberi tanpa pamrih karena dianggap sesuatu yang aneh,”
katanya. Dana yang diperoleh pada semua aksi adalah sedekah dari para donator.
Donator tak hanya di wilayah Jombang, tapi juga seluruh Indonesia. Ia aktif
mengirimkan informasi aksi melalui facebook hingga whatsapp. Bahkan, donator
lokal pun lebih banyak mengetahui dari sosial media.
Pada
aksi sosialnya, ia menceritakan kisah dua perempuan lanjut usia yang
membutuhkan MCK. Kedua perempuan itu adalah Mbah Kasti dan Mak Yah. Mbah Kasti
adalah perempuan lanjut usia yang hidup dengan 2 anak yang memiliki
keterbatasan mental. Mbah Kasti selama ini buang air di kantong plastik dan
membuangnya ke sungai. Sedangkan Mak Yah (80 tahun), seorang Dhuafa yang hidup
sebatang kara, pedagang sayuran di pasar yang hidup dengan keuntungan 5-10 ribu
rupiah per hari yang harus berjalan kaki 5 kilometer untuk bertahan hidup. MCK
yang dimilikinya sangat tidak layak. Saat saya mengetahui cerita ini, saya
seperti merasa kurang bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah. Mba Yana
kemudian membagikan informasi ini kepada para donatur untuk bersama-sama
membantu kesulitan yang dialami Mbah Kasti dan Mak Yah. Ia melaporkan berbagai
perkembangan bantuan yang telah dilakukan kepada Mbah Kasti dan Mak Yah.
Mbah Kasti dan keadaan rumahnya. Foto oleh Yana |
Di
daerahnya, ia bergerak dalam diam. Tak banyak yang tahu jika ia akan melakukan
aksi. Pernah suatu hari saat akan membagi-bagikan makanan di pelosok dusun, ia
membawa gerobak. Namun warga hanya menatap dan hanya makan setelah takmir
mesjid menutup doa dan menyuruh jamaah makan. Antriannya mudah diatur. Para
jamaah shalat jumat itu berulangkali mengucapkan terima kasih. “Itu berharga
banget,” katanya. Ini berbeda jika aksi dilakukan di kota. Antrianya sulit di
atur dan berulangkali minta nambah. Bahkan mangkok atau gelas setelah pakai
berserakan dimana-mana. Walaupun tak diminta, tak ada ucapan terima kasih yang
terlontar. Ah, betapa kerendahan hati dan kesopanan perilaku masih tertanam dalam
diri dhuafa di desa-desa. Aksi Yana dan rekan-rekannya pernah ditolak karena
beraneka alasan.
Bagi
saya, apa yang telah dilakukan oleh Mba Yana adalah berbagi kasih sayang melalui
sedekah. Sedekah kepada orang yang tak pernah ia jumpai sebelumnya. Sedekah
yang tak pernah ia tahu nama. Kasih sayang yang ia berikan tak hanya bermanfaat
saat itu, tapi juga bertahan lama dan membekas. Saya ingat ia pernah minta maaf
kepada saya karena selalu mengirimkan pesan melalui whatsapp untuk melakukan
aksi donasi. Saya heran. Mengapa ia harus marah? Bukankah saya yang harusnya
berterima kasih karena telah diajak berbuat baik?
Untuk
menjaga dan sebagai bentuk tanggungjawabnya kepada para donatur, ia selalu
mengirimkan bukti aksi yang telah dilakukan. Bukti itu berupa foto hingga
video. Menjaga kepercayaan para donatur untuk mau berbagi kepada sesama itu tak
mudah. Tapi, berbagi kasih sayang kepada sesama, harus dilakukan.
Heuheu kok sedih bacanya..adeuhh. ngingetin buat sedkah terutama buat yang disekitara kita dulu
Reply DeleteIyaa, mba Innayah. Ini juga jadi pengingat buat diri aku, mba :)
Reply Deletesalut banget mbaaak.. Semoga semangat selalu dalam menebar kebaikan
Reply DeleteAmiin. Amiin. Makasih, mba :)
Reply DeleteBarakallah. Semoga berkesinambungan.
Reply DeleteAlhamdulillah. Amin. Makasih, mba Niar :)
Reply Deletetiap 3 bulan sekali aku slalu ngebersihin lemari dari baju2 yang udh ga kepakai tapi masih layak.. dan suka bingung mw didonasi kemana... ujung2nya malah diikhlasin ke pemulung.. kalo ada org kyk mbak yana ini di jkt, udh pasti bakal aku ikutin :)..
Reply DeleteMba Fanny, iya ya. Tapi sapa tahu pemulung juga membutuhkan, mba :). Makasih mba
Reply Deletetrimakasih sudah mengingatkan mba
Reply DeleteSama2 :)
Reply DeleteEhmm...Mungkin karena masyarakat sudah sering mendapatkan bantuan dari para calon2 yang ingin duduk di kursi pemerintahan, Mbak makanya ketika ada orang yang justru ingin memberi tanpa pamrih disamakan dengan yang memberi demi kepentingan tertentu..
Reply DeleteSepertinya demikian, mba :)
Reply Deletemakasih sudah mampir mba
Terima kasih Mbak sudah mengingatkan melalui kisah inspiratif ini...
Reply DeleteSama-sama, mba Diah :)
Reply Delete